Mengenai Saya

Foto saya
sumaterabarat, Indonesia
Perawat diruangan Neurologi rumah sakit stroke nasional bukittinggi dan sebagai dosen tetap di salah satu Prodi Keperawatan di salah satu Stikes di bukittinggi

Rabu, 26 Januari 2011

Asuhan keperawatan AIDS

BAB I
TINJAUAN KASUS
HIV / AIDS

1.1Konsep Dasar
1.1.1. Defenisi
HIV adalah virus penyebab Acquired Immuno Deficiensi Syndrom (AIDS). Virus ini memiliki kemampuan untuk mentransfer informasi genetik, mereka dari RNA ke DNA dengan menggunakan enzim yang disebut Reverse Transcriptase, yang merupakan kebalikan dari proses transkripsi dari DNA & RNA dan transflasi dari RNA ke Protein pada umumnya (Murma, et.al, 1999)

AIDS adalah :
Suatu kumpulan kondisi tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV (Virginia Macedolan, 2008).


Kependekan dari :
Acquired   : Didapat bukan dari keturunan
Immune     : Terkait dengan sistem kekebalan tubuh
Deficiency : Kekurangan
Syndrome  : Penyakit dengan kumpulan gejala.

Jadi AIDS adalah berarti kumpulan gejala akibat kekurangan dan kelemahan sistem tubuh yang dibentuk setelahkita lahir (Depkes, 2007).
AIDS adalah runtuhnya benteng pertahanan tubuh yaitu sistem kekebalan alamiah melawan bibit penyakit runtuh oleh virus HIV, yaitu hancurnya sel limposit T (Sel T). (Tombayong, 2002)


AIDS adalah penyakit defisiensi Imunitas akibat kehilangan kekebalan yang dapat mempermudah terkena berbagai infeksi seperti bakteri, jamur, parasit dan virus tertentu yang bersifat oportunistik (FKUI, 2003 : 354)




1.1.2. Patologi Anatomi
Alat kelamin dan vagina (saluran senggama) merupakan saluran muscolo membranasea (selaput otot) yang menghubungkan rahim dengan dunia luar. Pada selaput vagina terdapat kelenjar sehingga cairan yang selalu membasahi berasal dari kelenjar rahim dan lapisan dalam rahim.
Vagina (saluran sengggama) mempunyai fungsipenting sebagai hubungan seksual jalan lahir. Lendir vagina banyak mengandung glikogen yang dapat dipecah oleh bakteri doderline, sehingga keasaman vagina sekitar 4 – 5 (bersifat asam) sebagai perlindungan alamiah terhadap infeksi. Apabila ph vagina terganggu akibat masuknya jamur, bakteri atau virus akan mempermudah masuknya mikroorganisme yang dapat menyebar ke organ yang lain. Pada wanita virus masuk melalui luka / lecet pada vagina atau mulut rahim, pada laki-laki memasuki aliran darah pada genitalianya ada luka dan lecet. Hubungan seksual melaluidubur beresiko tinggi terinfeksi, namun juga vagina danoral.
Infeksi dapat terjadi pada setiap struktur organ reproduksi. Anatomi sistem reproduksi wanita memungkinkan naiknya organisme dari saluran bagian bawah ke atas dan dapat mencapai rongga peritoneal, demikian pula infeksi dapat turun dari saluran bagian atas, jadi terjadi penyebaran hematogen organisme dari dalam tubuh.
Beberapa spesies candida dalam keadaan normal terdapat di mulut, tenggorokan dan usus besar. Tetapi apabila pertumbuhan yangberlebihan dari mokroorganisme ini yang terjadi jika terdapat perubahan dari dalam tubuh atau flora bacterial lokal yang menyebabkan berbagai macam penyakit infeksi
demikian pula infeksi dapat turun dari saluran bagian atas, jadi terjadi penyebaran hematogen organisme dari dalam tubuh.
Beberapa spesies candida dalam keadaan normal terdapat di mulut, tenggorokan dan usus besar. Tetapi apabila pertumbuhan yangberlebihan dari mokroorganisme ini yang terjadi jika terdapat perubahan dari dalam tubuh atau flora bacterial lokal yang menyebabkan berbagai macam penyakit infeksi

1.1.3. Manifestasi Klinis
            1.1.3.1Manifestasi klinis AIDS menyebar luas pada dasarnya mengenai   setiap organ.
a.Pneumonia disebabkan oleh protozoa pneumono cystis carini
b.Gagal nafas dapat terjadi 2 – 3 hari
c.TBC
d.Nafsu makan menurun, mual, muntah.
e.Kandidiasis oral à infeksi jamur
f.Bercak putih dalam rongga mulut à tidak diobati dapat ke Esophagus  dan lambung
g.Wasthing Syndrome à Penurunan BB / koneksial (malnutrisi akibat penyakit kronis, diare, anorexia, mal absorsigosma intestinal)
h.Kanker, klien AIDSindiden lebih tinggi à mungkin adanya stimulasi HIV terhadap sel-sel kanker yangsedang tumbuh dan berkaitan dengan defisiensi kekebalan à mengubah sel yang rentang menjadi sel maligna
i.Sarcoma Kaposis à Kelainan maligna b/d HIV (paling sering ditemukan) à penyakit yang melibatkan endotel pembuluh darah dan limfe. Secara khas ditemukan sebagai lesi pada kulit sebagian tungkai terutama pada pria.
j.Diperkirakan 80 % klien AIDS mengalami kelainan neurologis à gangguan pada syaraf pusat
k.Herper Zorter à pembentukan vesikel yang nyeri pada kulit
l.Dermatitis Seboroik à ruam yang difusi, bersisik yang mengenai kulit kepala dan wajah
m.Pada wanita : Kandisiasis  vagina yang dapat merupakan tanda pertama yang menunjukkan HIV pada wanita

Manifestasi klinis lain pada wanita à gangguan reproduksi antara lain :
- Gatal, gejala utama infeksi pada vulva dan vagina. Tingkatan rasa gatal sebagai tanda intensitas radang, gatal hebat pada infeksi
- Disuria à sakit pada waktu BAK dapat terjadi karena iritasi lokal pada meatus urinarius
- Nyeri, merupakan gejala utama dari PID (Pelvic Inflamatory Disease) kronik. PID à nyeri tumpul pada punggung bawah sejajar dengan abdomen bagian bawah




1.1.3.2. Gejala dan Komplikasi
 Gejala utama AIDS :
Berbagai gejala AIDS umumnya tidak ada terjadi pada orang-orang yang memiliki sistim kekebalan tubuh baik.
Biasanya penderita AIDS memiliki gejala infeksi sistemik seperti :
A.Demam (kronis, berulang), berkeringat pada malam hari, infeksi      saluran pernafasan bawah yang parah dan menetap
B Pembengkakan kelenjer, kedinginan, merasa lemah serta penurunan berat badan.
Infeksi oportunistik tertentu yang diderita klien AIDS juga tergantung pada tingkat kekerapan terjadinya infeksi tersebut di wilayah geografis, tempat hidup pasien.
A.    Penyakit Paru-Paru Utama
- Pneumonia Pneumocystis, penyebab penyakit ini adalah fungsi Pneumocystis Jiro Vecii.
- TBC, merupakan infeksi unik diantara infeksi-infeksi lainnya yang terkait HIV, karena dapat ditularkan kepada orang-orang sehat (Immunokompoten) melalui rute pernafasan (respirasi). Ia dapat dengan mudah ditangi bila telah diidentifikasi, dapat muncul pada stadium awal HIV serta dapat dicegah melalui terapi pengobatan. Namun demikian restirasi  TBC terhadap berbagai obat merupakan masalah potensial pada penyakit ini
Pada stadium awal infeksi HIV (jumlah CD4) 300 sel per Hl), TBC     muncul sebagai penyakit paru-paru.
B.     Penyakit Saluran Pencernaan Utama
- Esofagitis, adalah peradangan pada tenggorokan yaitu saluran makanan dari mulut ke lambung.
-   Diare
Diare kronis yang tidak dapat dijelaskan pada infeksi HIV dapat
terjadi karena berbagai penyebab, antar alain infeksi bakteri dan parasit seperti : Salmonella, Shigella, Listeria, Kampilobacter, Escherictiacolli.
C.     Penyakit Syaraf dan Kejiwaan
Infeksi HIV dapat menimbulkan beragam kelainan tingkah laku karena gangguan pada syaraf (Neuropsychiatic Sequalae), yang disebabkan oleh infeksi organnisme atas sistim syaraf yang telah menjadi rentan atau sebagai akibat langsung dari penyakit itu sendiri.
Kompleks dimensia AIDS adalah penyakit penurunan kemampuan mental (dimensia) yang terjadi karena penurunan metabolisme sel otak yang disebabkan oleh HIV dan didorong pula terjadinya pengaktifan imun oleh magrofag dan mikroglia pada otak yang mengalami infeksi HIV, sehingga mengeluarkan Neurotoxin. Kerusakan syaraf yang spesifik tampak dalam bentuk ketidak normalan kognitif, perilaku, motorik, yang muncul bertahun-tahun setelah terinfeksi virus HIV.



D.Kanker dan Tumor Ganas (Malignan
Pasien dengan infeksi HIV pada dasarnya memiliki resiko yang lebih tinggi terjadinya beberapa kanker. Hal ini karena infeksi oleh virus DNA yang menyebabkan mutasi genetik.
E.Infeksi Opportunistik lainnya.

1.1.3.2. Klasifikasi
Centers for Disease Control and Prevention (CDCD) mengklasifikasikan infeksi HIV dengan mengkombinasi kondisi klinis yang ditimbulkan oleh HIV dan jumlah sel CD4 (Innatavicius & Workman, 2006) yaitu :
A Kategori Klinis A
Mencakup satu atau lebih keadaan ini pada usia dewasa dan remaja. Individu dengan kategori klinis adalah HIV positif.
B.Kategori Klinis B
Penderita dikategorikan kedalam tipe ini adalah yang mengalami satu atau lebih diantara keadaan klinis yang timbul karena infeksi HIV ataupun indikasi penurunan sel, imunitas medial serta merupakan komplikasi bacterial meningitis.
C.Kategori Klinis C
Seseorang diklasifikasikan dalam tipe C bisa mengalami salah satu dari tanda dan gejala atau penyakit sebagai berikut :
Kandisiasis bronchial, trachea, pulmonal dan esoparigeal, kanker servix infasif : Extra pulmonary coccidmycusis, Crypto Sporidiosis Intestinal kronik, refinitis.
1.1.3.3. Fase Infeksi HIV
Beberapa ahli klinik telahmembagi beberapa fase infeksi HIV yaitu :
A.    Infeksi HIV Stadium Pertama
Pada fase ini terjadi pembentukan antibodi dan memungkinkan juga terjadi gejala-gejala yang mirip influenza atau terjadi pembengkakan kelenjar getah bening.
B. Persisten Generalized Limfa Denopary
Terjadi pembengkakan kelenjar limfe di leher, ketiak, inguinal, keringat pada waktu malam hari atau kehilangan berat badan tanpa penyebab yang jelas dan sariawan oleh jamur kandida di mulut
             C .AIDS Relative Complex (ARC)
Virus sudah menimbulkan kemunduran pada sistem kekebalan  sehingga mulai terjadi berbagai jenis infeksi yang seharusnya dapat dicegah oleh kekebalan tubuh.
d.      Full Blown AIDS
Pada fase ini sistim kekebalan tubuh sudah rusak, penderita sangat rentan terhadap infeksi sehingga dapat meninggal sewaktu-waktu. Sering terjadi radang paru-paru pneumocytik
1.1.4. Etiologi
Penyebab AIDS adalah retro virus (HIV) yang termasuk famili retroviridae.
Sarana transmisinya HIV (Retrovirus HIV) melalui :
1.1.4.1 Rute yang diketahui beresiko tinggi (Semen, Secresi Vagina)
 a.Hubungan seksual
b. Homo seksual, biseksual (rute utama)
c. Hetero seksual (laki-laki perempuan atau sebaliknya).
1.1.4.2  Darah (melalui darahmurni komponen seluler, plasma, faktor pembeku)
a.Transfusi darah atau komponen darah
b. Jarum suntik yang dipakai bersama-sama
c. Tusukan jarum suntik (resiko rendah)
1.1.4.3  Perinatal
c. Intra placenta
b. Menyusui
1.1.5. Patofisiologi
HIV tergolong kedalam kelompok virus yang dikenal sebagai retrovirus yang menunjukkan bahwa virus tersebut membawa materi genetiknya dalam asam ribo nukleat (RNA) dan bukan dalam asam deosiri bonukleat (DNA)
Virion HIV (partikel virus yang lengkap dan dibungkus oleh selubung pelindung) mengandung RNA dalam inti berbentuk peluru terpancung dimana P24 merupakan komponen struktural utama. Tombol yang menuju lewat dinding  virus terdiri dari atas protein gD 120 yang terkait pada protein gP 41. Bagian yang secara selektif berkaitan dengan sel-sel CD4 positif (CD4 +) adalah gP20 dari HIV.
Sel-sel C4+ mencakup : Monosit, Makrofag dan Limposit T4 helper yang dinamakan sel-sel C4+ kalau dikaitkan dengan infeksi HIV. Limfosit T4 helper ini merupakan sel yangpaling banyak diantara ketiga sel diatas. Sesudah terikat dengan membran Sel T4 helper, HIV akan menginjeksikan dua utas benang RNA yangidentik kedalam sel T4 helper. Dengan menggunakan enzim yang dikenal sebagai Reverse Transciplase. HIV akan melakukan pemprograman ulangmateri genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat Double Stranded DNA (DNA utas-ganda). DNA ini akan disatukan kedalam nucleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen.
Menurut Smeltzer, siklus replikasi HIV dibatasi dalam stadium ini sampai sel yang terinfeksi diaktifkan. Aktivasi sel yang terinfeksi dapat dilaksanakan oleh antigen, mitogen, sitokin (TNF Alfa atau Interleukin) atau produk gen virus seperti Sito Megolovirus (CMU), virus Epsteinbarr, Herper Simplex dan Hepatitis. Sebagai akibatnya pada saat Sel T4 yang terinfeksi diaktifkan replikasi serta pembentukan tunas HIV akan terjadi dan Sel T4 akan dihancurkan. HIV yang baru  dibentuk ini kemudian dilepas kedalam plasma darah dan menginfeksi sel-sel CD4+ lainnya.
Infeksi HIV pada mosiosit dan magrofag tampaknya berlangsung secara persisten dan tidak mengakibatkan kematian sel yang bermakna, tetapi sel-sel itu menjadi reservoir bagi HIV sehingga virus tersebut dapat tersembunyi dari sistem imun dan terangkut keseluruh tubuh lewat sistem itu untuk menginfeksi berbagai jaringan tubuh. Sebagian besar jaringan itu dapat mengandung molekul CD4+ atau memiliki kemampuan untuk memproduksinya.
Sejumlah penelitian memperlihatkan bahwa sesudah infeksi inisial, kurang lebih 25 % dari sel-sel kelenjer limfe akan terinfeksi oleh HIV pula. Replikasi virus akan berlangsung terus sepanjang perjalanan infeksi HIV, tempat primer nya adalah jaringan limfoid.
Ketika sistem imun terstimulasi, replikasi virus akan terjadi dan virus tersebut menyebar kedalam plasma darah yang mengakibatkan infeksi berikutnya pada sel-sel CD4+ yang lain.
Penelitian yang lebih mutakhir menunjukkan bahwa sistim pada infeksi HIV lebih aktif daripada yang diperkirakan sebelumnya sebagaimana dibuktikan oleh produksi sebanyak dua milyar limfosit CD4+ perhari. Keseluruhan populasi sel-sel CD4+ perifer akan mengalami “pergantian (turn over)” setiap 15 hari sekali
Kecepatan produksi HIV diperkirakan berkaitandengan status kesehatan orang yang terjangkit infeksi tersebut. Jika orang tersebut tidak sedang berperang melawan infeksi yang lain, reproduksi HIV akan berjalan lambat. Namun, reproduksi HIV tampaknya akan dipercepat kalau penderitanya sedang menghadapi infeksi lain atau kalau sistim imunnya terstimulasi. Keadaan ini dapat menjelaskan periode laten yang diperlihatkan oleh sebagian penderita sesudah terinfeksi HIV.
Sebagai contoh, seorangpasien mungkin bebas dari gejala selama berpuluh tahun, kendati demikian sebagian besar orang yang terinfeksi HIV (sampai 65 %) tetap menderita penyakit HIV atau AIDS yang sistomatik dalam waktu 10 tahun sesudah orang tersebut terinfeksi.
Dalam proses imun, limfosit T4 memainkan beberapa peranan yang penting yaitu :
1.1.5.1Mengenali antigen yang asing
1.1.5.2. Mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antobodi
1.1.5.3.Menstimulasi limfosit T Sitotoksik, memproduksi         Limpokin dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit.

Kalau limfosit T4 terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak           menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan sakit yang serius. Infeksi dan malignansi yang timbul sebagai akibat dari gangguan sistem imun dinamakan Infeksi Oportunistik.

Ø 
Sumber : Patofisiologi
 
Hubungan Sex
 
Darah
 
Cairan Vagina
 
Saliva
 
Jarum Suntik
 
Placenta
 
WOC
 















Mk : Gangguan nutrrisi
 
                                                                              Ö
Lanjut
 















1.1.6. Pemeriksaan Penunjang
1.1.6.1 Pemeriksaan Laboratorium
a.       Test Serologis
- Test anti body serum, terdiri dari Skrining HIV dan ELISA
- Test Blood Western : untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap beberapa protein spesifik HIV
- Penurunan Sel T Limfosit, jumlah Sel T4 helper, jumlah sel T8 dengan perbandingan 2 : 1 dengan sel T4
- Peningkatan nilai kuantitatif P24 (protein pembungkus HIV)
- Peningkatan kadar Ig 6, Ig M dan Ig 4
- Reaksi rantai poly merase untuk mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada sel perifer monoseluler serta tes DHS (pembungkus hepatitis B dan anti body, Siphilis (HIV mungkin positif).
b.      Pemeriksaan Patologis
Serologi urine, darah, feases, cairan spina, luka, spotum dan secresi
c.       Test Neurologis
EEG, MRI, CT Scan otak, EMG
d.      Test lainnya
Sinar X dada menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCU tahap lanjut atau adanya komplikasi lain. Test fungsi pulmonal untuk deteksi awal pneumonia interstisial, Scan gallium, biopsi, broncos copy

1.1.6.2 Test Anti Body
a. Test ELISA
Untuk menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi HIV
b.Wetern Blot Asay / Indirect Flovorescent Antibody (IFA)
Untuk mengenali antibody HIV dan memastikan seropositifitas HIV
                  c.Indirect Immunofloveresence
Sebagai pengganti pemeriksaan Western Blot untuk memastikan Seropositifitas
                  d.Radio Immuno Precipitation Assay
Mendeteksi protein pada antibody
1.1.7. Penatalaksanaan
Belum ada obat untuk penyembuhan AIDS, jadi yang dilakukan adalah pencegahan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
            Tapi apabila terinfeksi HIV maka terapinya yaitu :
a. Pengendalian Infeksi Opportunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan dan pemulihan infeksi opportuniti.
b. Terapi AZT (Azidotimidin)
Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV dengan menghambat enzim pembalik transcriptase


c. Terapi Antiviral baru
Untuk meningkatkan aktivitas sistim Immune dengan menghambat replikasi virus atau memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya obat-obatan.
d. Vaksin dan rekkontruksi virus. Vaksin yang digunakan adalah   
           Interveron
       e. Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan Sel Tdan mempercepat replikasi HIV
          f.Rehabilitasi, bertujuan untuk memberikan dukungan mental psikologis membantu mengubah perilaku resiko tinggi menjadi perilaku kurang beresiko atau tidak beresiko
g.Pendidikan, untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan  makanan sehat, hindari stres, gizi yang kurang, obat-obatan yang mengganggu fungsi immune.
1.1.7.1 Pengobatan
Obat Anti Retro Virus (ARV) bekerja langsung menghadapi replikasi (penggandaan diri) HIV.
Tujuan utama terapi :
a.Penekanan jumlah virus secara maksimal dan terus menerus, mencegah atau mengembangkan fungsi imun
b.Memperbaiki kualitas hidup
c.Mengurangi morbilitas dan mortalitas akibat infeksi HIV.
Indikasi :
a. Pasien yang telah memperlihatkan gejala AIDS
b.Pasien tanpa gejala dengan CD4 < 200 sel / mm3 (kadar limfosit < 1200 mm3) dan atau vital lood > 55.000 kopi / ml
c.Pencegahan penularan dari ibu ke bayi
d.Pengobatan profilaksis pada orang yang terpapar dengan cairan tubuh yang mengandung virus HIV.
1.1.7.2 Prognosis
Sulit sekali menduga apalagi menentukan perjalanan penyakit pada waktu diagnosis AIDS ditegakkan. Mortalitas mendekati 100 %.

Pencegahan dengan menghilangkan atau mengurangi perilaku beresiko merupakan tindakan yang sangat penting
A .Penurunan Resiko pada Individu
- Pendidikan kesehatan dan peningkatan pengetahuan yang benar mengenai patofisiologi HIV dan transmisinya, terutama mengenai fakta dan perilaku yang dapat membantu mencegah penyebarannya
- Kontak seksualdengan homoseksual sebaiknya dengan kondom
- Kurangi jumlah pasangan atau pergunakan kondom
-Tidak menggunakan alat suntik secara bersama-sama
-Membersihkan alat suntik dengan cairan pembersih atau mengganti jarum    suntik
-Orang normal dengan pasangan yang beresiko menggunakan teknik sex     yang aman


1.2 ASUHAN KEPERAWATAN
1.2.1.Pengkajian
1.2.1.1  Identitas Klien
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, alamat, penanggung jawab, tanggal pengkajian dan diagnosa medis

1.2.1.2  Keluhan Utama / Alasan Masuk Rumah Sakit
Mudah lelah, tidak nafsu makan, demam, diare, infermitten, nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi, nyeri saat menelan, penurunan BB, infeksi jamur di mulut, pusing, sakit kepala, kelemahanotot, perubahan ketajaman penglihatan, kesemutan pada extremitas, batuk produktif / non.

1.2.1.3  Riwayat Kesehatan
a.       Riwayat Kesehatan Sekarang
Penurunan nafsu makan, demam, diare, disfagia (yang di sebabkan oleh adanya jamur yang ada di tenggorokan), infeksi jamur pada mulut, penurunan BB(yang disebabkan karena adanya gangguan menelan dan adanya rasa mual dan muntah,serta tidak ada nafsu makan),sakit kepala, distress pernafasan, kelemahan otot, turgor jelek, dermatitis
b.      Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat menjalani transfusi darah, penyakit herper simplek, diare yang hilang timbul, penurunan daya tahan tubuh, kerusakan immunitas hormonal (antibody), riwayat kerusakan respon immun seluler (Limfosit T), batuk yang berdahak yang sudah lama tidak sembuh .
c.       Riwayat Kesehatan Keluarga
Human Immuno Deficiency Virus dapat ditularkan melalui hubungan seksual dengan penderita HIV positif, kontak langsung dengan darah penderita melalui ASI

Pemeriksaan Fisik dan Keluhan
- Aktifitas Istirahat
Gejala     :  Mudah lelah, toleransi terhadap aktifitas berkurang, progresi, kelelahan / malaise, perubahan pola tidur.
Tanda     :  Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan tensi, frekwensi jantung dan pernafasan.
- Sirkulasi
Gejala     :  Penyembuhan luka yang lambat (bila anemia), perdarahan lama pada cedera (jarang terjadi).
Tanda     :  Takikardia, perubahan tensi postural, menurunnya volume nadi perifer, pucat / syanosis, perpanjangan pengisian kapiler.
- Integritas Ego
Gejala     :  Faktor stress berhubungan dengan kehilangan, misalnya dukungan keluarga / orang lain, penghasilan, gaya hidup, distress spiritual, mengkhawatirkan penampilan, alopesia, lesi, cacar, penurunan berat badan, mengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya, putus asa, tidak berguna, rasa bersalah, tidak berguna, kehilangankontrol diri dan depresi.
Tanda     :  Mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri, perilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis dan kontak mata berkurang, gagalmenepati janji atau banyak janji untuk periksa dengan gejala yang sama.
- Eliminasi
Gejala     :  Diare yang intermitten, terus menerus disertai / tanpa kram addominal, nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi.
Tanda     :  Feces encer disertai / tanpa mucus atau darah, diare pekat yang sering, nyeri tekan abdominal,lesi atau abses rectal, peri anal dan perubahan dalam jumlah, warna dan karakteristik urine.
- Makanan dan Cairan
Gejala     :  Tidak nafsu makan, mual / muntah, perubahan kemampuan mengenali makanan, dispagia, nyeri retro sternal saat menelan dan penurunan BB yang progresif.
Tanda     :  Bising usus dapat hyperaktif kurus, menurunnya lemak subcutan / masa, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, adanya selaput putih dan perubahan warna pada mulut, kesehatan gusi / gigi yang buruk, adanya gigi yang tanggal dan edema. .
-Hygiene
Gejala     :  Tidak dapat menyelesaikan aktivitas sehari-hari.
Tanda     :  Memperlihatkanpenampilan yang tidak rapi, kekurangan dalam perawatan diri dan aktifits sehari-hari / perawatan diri.
- Neurosensori
Gejala     :  Pusing, sakit kepala, perubahan status mental, berkurangnya kemampuan diri untuk mengatasi masalah, tidak mampu mengingat dan konsentrasi menurun. Kerusakan sensori atau indera posisi dan getaran, kelemahan otot, tremor, perubahan ketajaman penglihatan, kebal, kesemutan pada ekstremitas (paling awal pada kaki).
Tanda     :  Perubahan struktur mental, kacau mental, dimensia, lupa, konsentrsai buruk, kesadaran menurun, apatis, respon melambat, ide paranoid, ansietas, harapan yang tidak realistis, timbul reflek tidak normal, menurunnya kekuatan otot, gaya berjalan otoksia, tremor, hemoragi retina dan eksudat, hemiperesis dan kejang.
- Nyeri / Kenyamanan
Gejala     :  Nyeri umum atau lokal, sakit, rasa terbakar pada kaki, sakit kepala (keterlibatan SSP), nyeri dada pleuritis.
Tanda     :  Takipnea, distress pernafasan, perubahan bunyi nafas / bunyi nafas adventisius, sputum kuning (pada pneumonia yag menghasilkan sputum).
- Pernafasan
Gejala     :  Nafas pendek yang progresif, batuk (sedang – parah), batuk produktif / non produktif, bendungan atau sesak pada dada.
Tanda     :  Takipnea, distress pernafasan, perubahan bunyi nafas/bunyi nafas adventisiusi sputum kuning (pada pneumonia yang menghasilkan sputum).
- Keamananan
Gejala     :  Riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka lambat sembuh, riwayat transfusi berulang, riwayat penyakit defisiensi imun (kanker tahap lanjut), riwayat infeksi berulang, demam berulang, suhu rendah, peningkatan suhu intermiten, berkeringat malam.
Tanda     :  Perubahan integritas kulit, terpotong, ruam, eksim, psosiasik, perubahanwarna, mudah menjadi memar, luka-luka perional atau abses, timbul nodul-nodul, pelebaran kelenjar limpepadia kedua area atau lebih (misalnya leher, ketiak, paha), kekuatan umum menurun, perubahan pada gaya berjalan.
- Seksualitas
Gejala     :  Riwayat perilaku beresiko tinggi yaitu hubungan seksual dengan pasangan positif HIV, pajangan seksual multiple, aktifitas seksual yang tidak terlindung dan sek oanal.
Menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan seksual dan penggunaan kondom yang tidak konsisten.
Menggunakan pil KB yang meningkatkan kerentanan terhadap virus pada wanita yag diperkirakan dapat terpajan karena peningkatan kekeringan vagina.
Tanda     :  Kehamilan atau resiko terhadap hamil, pada genitalia manifestasi kulit (misalnya herpes, kulit) dan rabat.
-  Interaksi Sosial
Gejala     :  Kehilangan kerabat / orang terdekat, rasa takut untuk mengungkapkan pada orang lain, takut akanpenolakan / kehilangan pendapatan, isolasi, kesepian, mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana.
Tanda     :  Perubahan pada interaksi keluarga / orangterdekat, aktivitas yang tidak terorganisasi, perubahan penyusunan tujuan..
- Riwayat Pemakaian Obat-Obatan
-Tingkat Pengetahuan Klien dan Keluarga
1.2.2 Diagnosa keperawatan
(sumber rencana asuhan keperawatan edisi 3,marilynn E dongoes,Mary frances Moorhause,Alice C.Geissler,tahun 1999)
1.Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d hambatan asupan makanan,penurunan nafsu makan ,penurunan informasi,kesalahan informasi dan konsepsi
2.kurang pengetahuan (kebutuhan belajar)menganai penyakit,b/d kurang      pemajanan /mengingat,kesalahan interpretasi informasi,tidak mengenal sumber informasi
3.penurunan defesiensi imun b/d infeksi oportunistik,penggunaan agen mikroba,pemajanan lingkungan,teknik infasif,penyakit kronis,malnutrisi,pertahanan primer takefektif,kulit rusak,jaringan traumatik,statis jaringan tubuh 
4.Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d produksi sekret yang meningkat,ketidak seimbangan muskuler (melemahnya otot-otot pernafasan ,penurunan energi/kepenatan,penurunan ekspansi paru,menahan sekresi(obstruksi trakeobronkial),ketidakseimbangan pervusi ventilasi  
5.nyeri,(akut)/kronis b/d inflamasi kerusakan jaringan,neoropati periver,mialgia,dan artralgia,kejang abdomen  
6.gangguan integritas kulit b/d bedres yang lama,infeksi oportunistik,devisit imunologi,penurunan tingkat aktivitas,perubahan sensasi,malnutrisi,perubahan status meta bilisme   
7.perubahan proses pikir b/d perubahan metabolisme /ekresi obat-obatan ,akumulasi elemen-elemen racun,kegagalan ginjal,ketidak seimbangan elekrolit hebat,insufisiensi hepatis
8.ansietas (ketakutan) b/d tranmisi dan penularan interpersonal,pemisahan dari sistem pendukung,ketakutan akan penularan penyakit pada keluarga yang di cintai,ancaman pada konsep pribadi,ancaman kematian
9.isolasi sosial b/d persepsi tentang tidak dapat diterima dalam masyarakat,sumber-sumber pribadi tidak adekuat/sistem pendukung ,isolasi fisik,perubahan status kesehatan,perubahan pada penampilan fisik
10.ketidak berdayaan b/d proses berduka yang belum selesai,konfirmasi diagnosa sakit terminal,pernik-pernik sosial dari AIDS      
11.gangguan keseimbangan cairan b/d output yang berlebihan,diare berat,berkeringat,muntah,status hipermetabolisme,demam,pembatasan masukan,mual dan onoreksia  
12.intoleransi aktivitas b/d kelemahan otot dan kelelahan,penurunan produksi energi metabolisme,perubahan kimia tubuh,efek samping obat-obatan












1.2.3 Intervensi keperawatan
no
Diagnosa kep
Tujuan/kriteria hasil
Intervensi
rasional
1






































2






















3













































4






















5




















6



















7






















8


















9






















10
















11


















12














Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh  b/dhambatan asupan makanan, penurunan nafsu makan ,penurunan informasi,kesalahan informasi dan konsepsi





























Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai penyakit b/d kurang pemajanan /mengingat, kesalahan interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi











Penurunan devisiensi imun b/d infeksi oportunistik, penggunaan agen mikroba,pemajanan lingkungan,teknik infasif,penyakit kronis,malnutrisi,pertahanan primer takefektif,kulit rusak,jaringan traumatik,statis jaringan tubuh 































Gangguan keseimbangan cairan b/d output yang berlebihan, diare berat,berkeringat,muntah,status hipermetabolisme,demam,pembatasan masukan,mual dan onoreksia 












bersihan jalan nafas tidak efektif b/d produksi sekret yang meningkat, ketidak seimbangan muskuler (melemahnya otot-otot pernafasan ,penurunan energi/kepenatan,penurunan ekspansi paru,menahan sekresi(obstruksi trakeobronkial)ketidakseimbangan pervusi ventilasi 

nyeri (akut) kronis b/d inflamasi kerusakan jaringan, ,neoropati periver,mialgia,dan artralgia,kejang abdomen 











Gangguan integritas kulit b/d bedres yang lama,infeksi oportunistik, devisit imunologi,penurunan tingkat aktivitas,perubahan,sensasi,malnutrisi,perubahan status meta bilisme  










Perubahan proses pikir b/d perubahan metabolisme ekskresi obat-obatan, akumulasi elemen-elemen racun,kegagalan ginjal,ketidak seimbangan elekrolit hebat,insufisiensi hepatis






Ansietas (ketakutan) b/d tranmisi dan penularan interpersonal, pemisahan dari sistem pendukung,ketakutan akan penularan penyakit pada keluarga yang di cintai,ancaman pada konsep pribadi,ancaman kematian







Isolasi sosial b/d persepsi tentang tidak dapat diterima dalam masyarakat, sumber-sumber pribadi tidak adekuat/sistem pendukung ,isolasi fisik,perubahan status kesehatan,perubahan pada penampilan fisik


Ketidak berdayaan b/d proses berduka yang belum selesai,konfirmasi diagnosa sakit terminal,pernik-pernik sosial dari AIDS     










Intoleransi aktivitas b/d kelemahan otot dan kelelahan, penurunan produksi energi metabolisme,perubahan kimia tubuh,efek samping obat-obatan
Tujuan
-nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil
-mempertahankan masa otot adekuat
-mempertahankan berat badan antara 0,9-1,35 kg dari berat badan sebelum sakit
-menunjukkan perbaikan tingkat energi



























Tujuan
-mengungkapkan pemahaman tentang kondisi /proses penyakit dan tindakan 
Kriteria hasil
-mengidentifikasi hubungan antara tanda-tanda gejala terhadap proses penyakit
-melakukan perubahan gaya hidup yang sesuai
-berpartisipasi dalam aturan keperawatan 







tujuan
-mengidentivikasi /ikut serta dalam perilaku yang mengurangi resiko infeksi
Kriteria hasil
-mencapai proses penyembuhan
-tidak demam dan bebas dari pengeluaran /sekresi purulen dan tanda-tanda lain dari kondisi infeksi































Tujuan
-mempertahankan hidrasi di buktikan oleh membran mukosa baik
Kriteria hasil
-kulit baik tanda-tanda vital baik
-keluaran urine adekuat secara pribadi












Tujuan
-mempertahan pola pernafasan efektif
Kriteria hasil
-tidak mengalami sesak nafas/sianosis 
-sekret tidak ada lagi














tujuan
-menunjukkan homeostasis yang di tunjukkan tidak adanya pendarahan mukosa














Tujuan
-menunjukkan tingkah laku /teknik untuk mencegah kerusakan kulit
Kriteria hasil
-menunjukkan kemajuan pada luka /penyembuhan lesi 














Mempertahankan orientasi realita umumdan fungsi kognitif optimal















Tujuan
-mengatakan kesadaran tentang perasaan dan cara sehat untuk menghadapinya
kriteria hasil
-menunjukkan rentang normal dari perasaan dan berkurangnya rasa takut
-menunjukkan kemampuan untuk mengatasi masalah
-menggunakan sumber-sumber dengan efektif





Tujuan
-menunjukkan peningkatan perasaan harga diri
Kriteria hasil
-berpartisipasi dalam aktifitas/program pada tingkat kemampuan /hasrat








Tujuan
-mengatakan perasaan dan cara yang sehat untuk berhubungan dengan mereka
Kritria hasil
-mengungkapkan rasa kontrol terhadap situasi sekarang
-membuat keputusan yang berhubungan dengan perawatan dan ikut serta dalam perawatan diri




Tujuan
-melaporkan peningkatan energi
Kriteria hasil
-melaksanakan AKS
-berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan pada tingkat kemampuannya








-tentukan berat badan umum sebelum pasien di diagnosa HIV

-buat ukuran antropometrik terbaru




-tentukan pola diit /masukan pasien yang tepat dan pengetahuan akan nutrisi
-diskusikan /catat efek-efek samping obat –obatan terhadap nutrisi


-sediakan informasi mengenai nutrisi dengan kandungan kalori,vitamin,\dan mineral yang tinggi
-tekankan pentingnya mempertahankan keseimbangan/pemasukan nutrisi adekuat

-bantu pasien untuk merumuskan rencana diet




-tentukan pemahaman saat ini dan persepsi terhadap diagnosa



-kaji kemampuan emosional untuk mengasimilasikan informasi dan memahami instuksi
-kaji potensial terhadap prilaku yang tidak sesuia/prilaku resiko tinggi 







-cuci tangan sebelum dan sesudah seluruh kontak perawatan di lakukan 
-berikan lingkungan yang bersih dan ventilasi baik



-pantau TTV,termasuk suhu  
-kaji frekuensi kedalaman pernafasan



-selidiki keluhan sakit kepala,kaku leher perubahan penglihatan 


-periksa kulit /membran mukosa oral terhadap bercak putih /lesi




-bersihkan kuku setiap hari

-awasi pembuangan jarum suntik dan mata pisau secara ketat dengan menggunakan wadah tersendiri 
-bersihkan percikan cairan tubuh /darah dengan larutan pemutih

-pantau tanda-tanda vital
-kaji turgor kulit,membran mukosa dan rasa haus

-timbang berat badan sesuai indikasi  





-pantau pemasukan oral dan pemasukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari
- buat cairan yang mudah di berikan kepada klien
- berikan makanan melalui slang NGT

-auskultasi bunyi nafas



-tinggikan kepala tempat tidur


-lakukan saction

- berikan obat sesuai indikasi








-lakukan pemeriksaan darah pada cairan tubuh untuk mengetahui adanya daran pada urine ,feses dan cairan muntah
-pantau perubahan  tanda-tanda vital dan warna kulit



-pantau perubahan tanda-tanda vital dan warna kulit 
-mempertahankan lingkungan yang aman

-kaji warna kulit setiap hari (warna,turgor,sirkulasi,dan sensasi)
-pertahankan higien kulit



-Ubah posisi secara teratur
-gunting kuku secara teratur


-tutupi luka tekan yang terbuka dengan  pembalut yang steril
-pertahankan seprai bersih,kering dan tidak berkerut


-kaji status mental dan neorologis dengan menggunakan alat yang sesuai
-pertimbangkan efek dari tekanan emosional
-pertahankan lingkungan yang menyenangkan
-dorong pasien melakukan kegiatan sebanyak mungkin


-kurangi kebisingan terutama di malam hari

-jamin pasien tentang kerahasiaan dalam batasan situasi tertentu
-berikan informasi akurat dan konsisten mengenai prognosis


-berikan lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman untuk mendiskusikan perasaan atau menahan diri untuk bicara
-libatkan orang terdekat sesuai petunjuk pada pengambilan keputusan bersifat mayor

-tentukan persepsi klien tentang situasi

-berikan waktu untuk bicara dengan klien selama dan diantara aktivitas perawatan
-dorong adanya hubungan yang aktif dengan orang terdekat
-waspadai gejala-gejala verbal/non verbal,mis ,,menarik diri,putus asa,perasaan kesepian

-identivikasi faktor yang berhubungan dengan perasaan tak berdaya
-kaji tingkat perasaan tidak berdaya


-dorong peran aktif pada perencanaan aktivitas


-dorong harapan hidup dan kekuatan bertahan lama dari dokumen pengacara


- kaji pola tidur dan catat perubahan dalam proses berfikir/perilaku
-rencanakan perawatan untuk menyediakan fase istirahat
-dorong pasien untuk melakukan apapun yang mungkin 
-dorong masukan nutrisi



-penurunan berat badan dini bukan ketentuan pasti grafik berat badan dan tinggi badan normal
-membantu memantau penurunan dan menentukan kebutuhan nutrisi sesuai perjalanan penyakit
-identivikasi dari faktor-faktor ini dapat membantu untuk merencanakan kebutuhan individu
-umumnya obat-obatan yang di gunakan menyebabkan anoreksiadan mual dan muntah
- memiliki informasi ini dapat membantu pasien memahami pentinggnya diet seimbang
-pasien mungkin kecewa dengan perubahan status dan menemukan kesulitan makan
-memberikan bantuan dan umpan balik selama meningkatkan rasa kontrol,meningkatkan rasa percaya diri

-memberikan kesempatan untuk mengklarisifikasi kesalahan dan membuat pilihan berdasarkan informasi
-adanya syok dan ansietas dapat menghalangi masukan informasi

-marah yang hebat,adiksi obat-obatan mungkin muncul dalam prilaku yang merupakan tindakan berisiko tinggi dalam penyebar luasan virus



- mengurangi resiko  kontaminasi silang 


-mengurangi pathogen pada sisten imun dan mengurangi kemungkinan pasien mengalami infeksi nosokomial   
-memberikan informasi data dasar
-kongesti/distres pernafasan dapat mengindikasikan perkembangan PCP,penyakit yang paling umum terjadi
-ketidak normalan neurologis umum dan mungkin di hubungkan dengan HIV ataupun infeksi sekunder
-kandidiasis oral,KS,herpes,CMV,dan cryptococus adalah penyakit yang umum terjadi dan memberi efek pada membran kulit

-mengurangi rtanmisi bakteri pathogen melalui kulit 
-mencegah inokulasi tak di sengaja dari pemberi perawatan



-mengontrol mikroorganisme pada permukaan keras


-indikator dari volume cairan sirkulasi
-indikator tidak langsung dari status cairan
-meskipun kehilangan berat badan dapat menunjukkan penggunaan otot dan menunjukkan status hidrasi 
-mempertahankan keseimbangan cairan


-meningkatkan pemasukan

-memperbesar volume cairan

-memperkirakan adanya perkembangan komplikasi /infeksi pernafasan 
-meningkatkan fungsi pernafasan yang optimal dan mengurangi aspirasi
-pernafasan klien kembali lancar
-pilihan terapi tergantung pada situasi individu /infeksi organisme






-mempercepat deteksi adanya pendarahan/penentuan awal dari terapi,dapat mencegah pendarahan kritis
-timbulnya pendarahan /hemoragi  menunjukkan kegagalan sirkulasi /syok
-perubahan dapat menunjukkan pendarahan di otak 
-mengurangi cidera yang tidak di sengaja


-menentukan garis dasar dimana perubahan status

-mempertahankan kebersihan karena kulit yang kering dapat menjadi barier infeksi
-mengurangi stres pada titik tekanan 
-kuku yang panjang /kasar meningkatkan resiko kerusakan dermal
-mengurangi kontaminasi bakteri

-friksi kulit di sebabkan oleh kain yang berkerut dan basah  

-menetapkan tingkat fungsional pada waktu penerimaan

-dapat menunjukkan penurunan kewaspadaan
-memberikan rangsang lingkungan normal  
-membantu mempertahankan kemampuan mental untuk periode yang lebih panjang
-meningkatkan waktu tidur


-memberikan penentraman hati lebih lanjut

-dapat mengurangi ansietas dan ketidak mampuan pasien untuk membuat keputusan
-membantu pasien untuk merasa di terima pada kondisi sekarang



-menjamin adanya sistem pendukung bagi pasien




-isolasi sebagian dapat mempengaruhi diri saat pasien penolakan
-pasien mungkin  akan mengalami isolasi fisik


-membantu memantapkan pertisipasi pada hubungan sosial
-indikasi bahwa putus asa dan ide untuk bunuh diri sering muncul
-pasien penderita AIDS umumnya menyadari literatur dan prognosis terbaru
-menentukan status individual klien dan mengusahakan intervensi
-memungkinkan peningkatan perasaan kontrol dan menghargaidiri sendiri
-membuat keputusan dan tentang pasien tanpa menghargai kehilangan kemandirian pasien

-berbagai faktor dapat meningkatkan kelelahan,termasuk kurang tidur
-periode istirahat yang sering sangat di butuhkan dalam memperbaiki energi
-memungkinkan penghematan energi,peningkatan stamina
-pemasukan nutrisi adekuat sangat penting bagi kebutuhan energi untuk aktivitas

1.2.4 IMPLEMENTASI
Merupakan tahap keempat dari proses keperawatan,yaitu untuk menerapkan intervensi secara nyata kepada pasien
1.2.5 EVALUASI
Merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang mana untuk menilai sejauh mana hasil tindakan keperawatan yang telah kita lakukan yaitu dengan pendekatan SOAP

1 komentar: