BAB I
TINJAUAN TEORITIS
1.1. Konsep Dasar
a. Defenisi
Gagal ginjal kronis merupakan kegagalan fungsi ginjal (unit nefron) yang berlangsung pelahan-lahan karena penyebab berlangsung lama dan menetap yang mengakibatkan penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) sehingga ginjal tidak dapat memenuhi kebutuhan biasa lagi dan menimbulkan gejala sakit (Suyono Slamet,2002).Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal (unit nefron) atau penurunan faal ginjal yang menahun dimana ginjal tidak mampu lagi mempertahankan lingkungan internalnya yang berlangsung dari perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat yang berlangsung dalam jangka waktu lama dan menetap sehingga mengakibatkan penumpukan sisa metabolik (toksik uremik) berakibat ginjal tidak dapat memenuhi kebutuhan dan pemulihan fungsi lagi yang menimbulkan respon sakit
Gagal ginjal kronik adalah akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara bertahap(doenges,1999)
Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsii renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan elektrolit menyebabkan uremia(Brunner &Suddarth,2001)
b. Anatomi dan fisiologi
1. Anatomi
Ginjal merupakan suatu kelenjer yang terletak di bagian belakang dari kavum abdominalis di belakang peritonieum pada kedua sisi vetebrata lumbalis III,melekat langsung pada dinding belakang abdomen.bentuknya seperti biji kacang, jumlahnya ada dua buah kiri dan kanan,ginjal kiri lebih besar sari ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari pada ginjal wanita. Setiap ginjal, terbungkus oleh selaput tipis yang di sebut kapsula renalis yang terdiri dari jaringan fibrus bewarna ungu tua,lapisan luar terdapat lapisan korteks (substansia kortekalis)dan lapisan sebelah dalam nagian medulla (sustansia modularis) berbentuk kerucut yang di sebut tenal pyramid.puncak kerucut tadi menghadap koliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil di sebut papilla renalis tiap-tiap pyramid di lapisi satu dengan yang lain oleh kolumna renalis,jumlah renalis 15-16 buah. Garis-garis yang terlihat pada pyramid di sebut tubulus nefron yang merupakan bagian terkecil dari ginjal yang terdiri dari glomerolus,tubulus proximal (tubulus kontorti catu),gelung hendle,tubulus distal (tubuli kontorti dua)dan tubulus urinalis atau papilla veteri(syaifudin 1997:107)
Setiap ginjal diperkirakan ada satu unit nefron,struktur dari nefronberperan dalam proses pembentukan urin,terdiri dari glomerolus yang berada di dalam kapsul bowmen,tubulus yang berkelok-kelok pada bagian distal dan bagian proximal ,gelung genle adalah saluran yang berkelok-kelok pada bagian distal dan tubulus-tubulus tempat penampung.
Kapsul bawman dan tubulus yang berkelok-kelok berada pada korteks dari ginjal,sedangkan tubulus henle dan tubulus penampung berada pada bagian medulla.
Urine dari tubulus penampung yang banyak itu mengalir ke tubulus yang lebih besar yang membentuk pyramid pada medulla,kemudian urine keluar mengalir ke pelvis renalis(Brunner&Suddarth 2002)
2. Fisiologi
Fungsi utama dari kedua ginjal adalah:
1. Ultrafiltrasi yaitu membuang volume cairan dari darah sirkulasi,bahan-bahan yang terlarut dalam cairan juga turut terbuang
2. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit yang terdapat dalam batas sekresi yang normal,dalam sekresi reabsorsi
3. Mempertahankan keseimbangan asam basa dari cairan tubuh
4. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari protein ureum,kreatinin dan amoniak
5. Mengatur tekanan darah dengan mengendalikan volume darah sirkulasi dan sekresi rennin
6. Erythoroporetin yang sekresi oleh ginjal merangsang sum-sum tulang agar membuat sel-sel eritrosit
7. Mengaktifkan vitamin D yang di atur oleh kalsium fosfor ginjal
Pada setiap ginjal selama 24 jam dapat menyaring darah 170 liter,arteri renalis membawa darah murni dari aorta ke ginjal,lubang-lubang yang terdapat pada pyramidrenal masing-masing membentuk simpul dan kapiler satu badan malpigi yang di sebut glomerolus,pembuluh afferent yang bercabang membentuk kapiler menjadi vena renalis yang membawa darah ginjal ke vena cavaimperia
c. Etiologi
1. Glomerulonefritis kronis
2. Pielonefritis
3. Diabetes mellitus
4. Hipertensi yang tidak terkontrol
5. Obstruksi saluran kemih
6. Penyakit ginjal polikistik
7. Gangguan vaskuler
8. Lesi herediter
9. Agen toksik (timah, kadmium, dan merkuri)
( SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1448)
d. Manifestasi klinis
a. System cardiovaskuler
1. Hipertensi
2. Pitting edema
3. Edema periorbital
4. Pembesaran vena leher
b. System pulmonal
1. Krekel
2. Nafas dangkal
3. Kasmaul
4. Sputum kental dan liat
c. System gastrointestinal
1. Anorexia,mual dan muntah
2. Perdarahan
3. Ulserasi dan perdarahan mulut
4. Nafas berbau ammonia
d. System musculoskeletal
1. Kram otot
2. Kehilangan kekuatan otot
3. Fraktur tulang
e. System integument
1. Warna kulit abu-abu mengkilat
2. Pruritus
3. Kulit kering bersisik
4. Kuku tipis dan rapuh
5. Rambut tipis dan kasar
f. System reproduksi
1. Aminore
2. Atropi testis
e. Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (glomerolus dan tubulus) di duga utuh.sedangkan yang lain rusak,nefron-nefron yang utuh,hipertropi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat di sertai rebsorsi walaupun dalam keadaan penurunan daya saring.
Metode adaptif memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron-nefron rusak.beban bahan yang harus di larut menjadi lebih besar dari pada yang bias di reabsorsi berakibat dieresis osmotik disertai poliuri dan haus Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul di sertai retensi produk sisa.titk di mana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80%-90%.
Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu,(Barbara c long,1996,368) Fungsi renal menurun,produk akhir metabolisme protein tertimbun dalam darah terjadi uremia dan mempengaruhi setiap system tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat,banyak gejala uremia membaik setelah dialysis (Brunnert & suddarth)
Perjalanan umum ginjal progresif dapat di bagi menjadi tiga stadium yaitu:
a. Stadium I
Terjadi penurunan cadangan ginjal di tandai dengan kreatinin serum dan kadar blood ureum nitrogen normal dan penderita asimtomatik
b. Stadium II
Insufisiensi ginjal lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak pada tahap ini BUN mulai meningkat di atas normal,kadar kreatinin serum mulai meningkat melebihi kadar normal,arotemia ringan timbul nokturia dan poliuri
c. Stadium III
Gagal ginjal stadium akhir atau uremia.timbul apabila 90% massa nefron telah hancur,nilai glomerolu fitration rate 10 % dari normal,kreatinin klierens 5-10 ml permenit atau kurang.pada tahap ini kreatinin serum dan kadar blood ureum nitrogen meningkat sangat mencolok dan timbul oliguri (price,1992:813-81
WOC
Infeksi vaskuler zat toksik Obstruksi saluran kemih
Reaksi antigen anti body arterio Sklerosis tertimbun ginjal retensi urine batu besar dan kasar iritasi cedera jar
Suplai darah ginjal menekan syaraf hematuria
Nyeri pinggang anemia
Sekresi protein terganggu GFR turun sekresi eritropoitis
Syndrome uremia GGK produksi HB turun
Perpospatermia syndrome uremia retensi na oksihemoglobin turun
Pruritus gangguan asam basa total ces naik suplai nutrisi dalam darah turun suplai 02 turun intoleransi aktivts
Gangguan integritas prod asam naik tek kapiler naik
Kulit asam lambung naik edema resiko ggn nutrisi ggn ferfusi jaringan
Nausea vomitus iritasi lambung beban jantung naik
Resiko ggn nutrisi infeksi iritasi lambung hipertropi ventrikel kiri payah jantung kiri bendungan atrium kiri
Infeksi perdarahan COP turun tek vena pulmonalis
Gastritis hematemesis dan melena aliran darah ginjal turun suplay 02 jar. Kapiler paru naik
Mual &muntah anemia retensi na & h2o metabolisme anaerob edema paru
Sumber:Suyono Slamet(2002) Intolernasi aktivitas Kelebihan vol cairan nyeri sendi ggn pertukaran gas
f. Pemeriksaan penunjang
1. urine
- Volume : biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria) atau urine tidak ada
- Warna :secara abnormal urine keruh mungkin di sebabkan oleh pus,bakteri,lemak,partikel koloid,fosfat atau urat,sedimen kotor,kecoklatan menunjukkan adanya darah ,Hb,mioglobin dan porfirin
- Berat jenis: kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal berat).
- Osmolalitas : kurang dari 350mosm/kg menunjukkan kerusakan tubular,dan rasio urine/serum sering 1:1
- Klirens kreatinin: mungkin agak menurun
- Natrium : lebih besar dari 40mEq/L karena ginjal tidak mampu merabsorsi natrium.
- Protein : Derajat tinggi proteinuria(3-4+) secar akut menunjukkan kerusakan glomerolus bila SDM dan fragmen juga ada
2. Darah
- BUN/kreatinin : meningkat,biasanya meningkat dalam proporsi kadar kreatinin 10 g/dl di duga tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5)
- Hitung darah lengkap: Ht:menurun pada adanya anemia.Hb:biasanya kurang dari 7-8 g/dl
- SDM:waktu hidup menurun pada defisiensi eritropoetin seperti pada azotemia
- GDA:pH:penurunan Asidosis metabolik (kurang dari 7,2) terjadi karena kehilangan kemampuan ginjal untuk mengekspresi hidrogen amonia atau hasil akhir katabolisme protein,bikarbonat menurun PCO2 menurun
- Natrium serum:mungkin rendah (bila ginjal ‘kehabisan natrium’ atau normal (menunjukkan status dilusi hipernatremia)
- Kalium:peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai dengan perpindahan selular(hemolisis SDM) pada tahap akhir,perubahan EKG mungkin tidak terjadi sampai kalium 6,5 mEq atau lebih besar
- Magnesium/posfat :meningkat
- Kalsium :menurun
- Protein (khususnya albumin):kadar serum menurun dapat menunjukkan kehilangan protein melalui urine,perpindahan cairan,penurunan pemasukan atau penurunan sintesis karena kurang asam amino asensial
3. Osmolalita serum :lebih besar dari 285 mOsm/kg ;sering sama dengan urine
4. KUB foto : menentuksn ukuran dari ginjal/ureter/kandung kemih dan adanya obstruksi (batu)
5. pielogram retrograd: menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter.
6. anteriogram ginjal :mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskuler dan massa
7. sistouretrogram berkemih : menunjukkan ukuran kandung kemih,refluks kedalam ureter dan retensi
8. ultrasonografi ginjal: menentukan ukuran ginjal dan adanya massa,kista,obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas.
9. biopsi ginjal:mugkin di lakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan untuk dignosis histologis.
10. endoskopi ginjal,nefroskopi :di lakukan untuk melakukan pelvis ginjal;keluar batu,hematuria dan pengangkatan tumor selektif
11. EKG; mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit asam/basa
12. foto kaki,tengkorak,kolumna spinal dan tangan dapat menunjukkan demineralisasi dan kalsifikasi.
f. Penatalaksanaan
a. Penetalaksanaan medis
1. Dialysis(cuci darah)
2. Obat-obatan anti hipertensi,suplemen besi,agen pengikat fosfot dan furosemid
3. Diit rendah protein dan tinggi karbohidrat
4. Tranfusi darah
b. Penatalaksanaan keperawatan
1. Memantau cairan masuk dan keluar klien
2. menimbang BB klien
g. Komplikasi
1. Hiperkalemia
2. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium
3. Anemia
4. Penyakit tulang serta klasifikasi metastalik akibat retensi prostat
5. Perikarditis efusi dan pericardial
1.2. Asuhan keperawatan
1.2.1. Pengkajian
1. Aktivitas dan istirahat
Gejala : kelelahan ekstrem,kelemahan dan malaise
Gangguan tidur (insomnia,gelisah atau samnolen)
Tanda :kelemahan otot,kehilangan tonus dan penurunan rentang gerak
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi lama atau berat
Palpilasi;nyeri dada(angina)
Tanda :hipertensi,nadi kuatedema jaringan umum dan piting pada kaki,telapak tangan
Distritmia
Nadi lemah,hipotensi ortastik,menunjukkan hipovolemia yang jarang pada penyakit tahap akhir
Pucat,kuit coklat kehijauan dan kuning
Kecendrungan pendarahan
3. Integritas ego
Gejala : factor stress,contoh financial,hubungan dan sebagainya
Perasaan tak berdaya,tidak ada harapan dan tidak ada kekuatan
Tanda : menolak,ansietas,takut,marah,mudah terangsang dan perubahan kepribadian
4. Eliminasi
Gejala : penurunan frekuensi urine,oliguria,anuria(gagal ginjal lanjut)
Abdomen kembung,diare atau konstipasi
Tanda : perubahan warna urine contoh kuning pekat,merah,coklat dan berawan
Oliguria dapat menjadi anuria
5. Makanan atau cairan
Gejala : peningktan berat badan sepat,edema,penurunan berat badan
Anorexia,nyeri ulu hati,mual,muntah rasa tak sedap pada mulut
Gejala : distensi abdomen,asites dan pembesaran hati(tahap akhir)
Perubahan turgor kulit atau kelembaban
Edema umum atau tergantung
Ulserasi gusi pardarahan gusi atau lidah
Penurunan otot,penurunan lemak subkutan dan penampilan tak bertenaga
6. Neurosensori
Gejala : sakit kepala dan penglihatan kabur
Kram otot,/kejang syndrome”gelisah” kebas rasa terbakar pada kulit
Kelemahan/kebas dan kelemahan khususnya ekstremitas bawah
Tanda : gangguan status mental,penurunan lapang pandang perhatian ketidakmampuan berkonsentrasi,kehilangan memori,kacau,penurunan tingkat kesadaran,stupor dan koma
Kejang,fasikulasi otot dan aktivitas kejang
Rambut tipis,kuku rapuh dan tipis
7. Nyeri atau kenyamanan
Gejala : nyeri panggul,sakit kepala,kram otot atau nyeri kaki
Tanda : perilaku berhati-hati dan gelisah
8. Pernafasan
Tanda :nafas pendek,dispnea batuk dengan atau tanpa sputum kental dan banyak
Gejala : takipnea,dispnea peningkatan frekuensi atau kedalaman(pernafasan kasmaul),batuk produktif dengan sputum merah muda atau encer
9. Keaamanan
Gejala : kulit gatal ,ada tau berulangnya infeksi
Tanda : pruritus
Demam,,normrtermia dapat secara actual terjadi peningkatan pada pasien yang mengalami suhu tubuh lebih rrendahdari normal
Petekie,area ekimosis pada kulit
Fraktur tulang,defosit fosfat kalsium pada kulit,jaringan lunak sendi keterbatasan gerak sendi
10. Seksualitas
Gejala : penurunan libido dan aminorea
11. Interaksi sosial
Gejala : kesulitan menentukan kondisi,contoh tak mampu bekerja,mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga
12. Penyuluhan atau pembelajaran
Gejala : riwayat DM keluarga(resiko tinggi untuk gagal ginjal,penyakit polikistik,nefritis herediter dan malignansi
1.2.2. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d udema sekunder,volume cairan tidak seimbang oleh karena retensi natrium dan H2O
2. Penurunan curah jantung b/d ketidakseimbangan cairan mempengaruhi volume sirkulasi dan tahanan vaskuler
3. Kerusakan integritas kulit b/d gangguan status metabolik,sirkulasi
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anorexia atau mual dan muntah
5. Gangguan mobilitas fisik b/d gangguan muskulo skeletal
6. Kurang perawatan diri b/d kelemahan fisik
7. Ansietas b/d perubahan pada status kesehatan
1.2.3. Intervensi keperawatan
No | Diagnosa | Tujuan dan kriteria hasil | Intervensi | Rasional |
1 | Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d udema sekunder,volume cairan tidak seimbang oleh karena retensi natrium dan H2O | Tujuan : cairan dan elektrolit klien seimbang Kriteria hasil : - Oedema kurang - Mual dan muntah berkurang | 1. Pertahankan pencatatan volume masuk dan keluar dan kumulatif keseimbangan cairan 2. Catat seri berat badan bendingkan dengan pemasukan dan pengeluaran 3. Kaji patensi kateter,catat kesulitan pada drainase 4. Miring dari satu sisi ke sisi yang lain 5. Perhatikan distensi abdomen sehubungan dengan penurunan bising usus perubahan konsistensi feces dan keluhan konstipasi 6. Awasi TD dan nadi,perhatikan hipertensi,nadi kuat dan distensi vena leher 7. Evaluasi terjadinya takipneu,disneu peningkatan upaya pernafasan | R/ jumlah aliran harus sama atau lebih dari jumlah yang di masukkan ,keseimbangan positif menunjukkan kebutuhan evaluasi lebih lanjut R/ seri berat badan adalah indicator akurat status volume cairan.keseimbangan cairan fositif dengan peningkatan berat badan menunjukkan retensi cairan R/melambatnya kecepatan cairan /adanya fibrin menunjukkan hambatan kateter parsial yang perlu evaluasi/intervensi R/ dapat meningkatkan aliran cairan bila kateter salah posisi/obstruksi oleh omentum R/distensi abdomen/konstipasi dapat mempengaruhi kelancaran cairan R/peninggian menunjukkan hipervolemia,kaji bunyi jantung dan nafas kelebihan cairan berpotensi gagal jantung kongestif atau edema paru R/distensi abdomen/komprensi diafragma dapat menyebabkan kesulitan pernafasan |
2 | Penurunan curah jantung b/d ketidakseimbangan cairan mempengaruhi volume sirkulasi dan tahanan vaskuler | Tujuan : klien dapat mempertahankan curah jantung yang adekuat Kriteria hasil : - TD dan frekuensi jantung dalam batas normal - Nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian kapiler | 1. Auskultasi bunyi jantung dan paru,evaluasi adanya edema perifer/kongesti vaskuler dan keluhan dispneu 2. Kaji adanya/derajat hipertensi:awasi TD perhatikan perubahan postural,contoh duduk,berbaring dan berdiri 3. Selediki adanya keluhan nyeri dada,perhatikan lokasi,radiasi beratnya dengan skala(0-10) dan apakah tidak menetap dengan inspirasi dalam posisi telentang 4. Evaluasi bunyi jantung,TD,nadi,perifer,pengisian kapiler,kongesti vaskuler,suhu dan sensori atau mental 5. Kaji tingkat aktivitas,respon terhadap aktivitas | R/ takipneu,dispneu,mengi dan edema/distensi jugular menunjukkan GGK R/ hengan ipertensi dapat erjadi karena gangguan system aldosteron rennin-angiosteron di sebabkanoleh disfungsi ginjal R/pasien dengan gagal ginjal kronik dengan dialysis mengalami perikarditis dan potensial resiko efusi pericardial R/adanya hipotensi tiba-tiba,nadi paradoksik,penyempitan tekanan nadi,penurunan/tak adanya nadi perifer,distensi vena jugular nyata,pucat dan penyimpangan cepat yang merupakan kedaruratan medik R/ kelelahan dapat menyertai gagal ginjal kronik juga anemia |
3 | Kerusakan integritas kulit b/d gangguan status metabolik,sirkulasi | Tujuan : integritas kulit tidak terganggu Criteria hasil: - Kulit hangat - Tidak ada lesi - Turgor kulit baik | 1. Infeksi kulit terhadap perubahan warna,turgor,vaskuler,perhatikan kemerahan,ekskoriasi dan observasi terhadap ekimosis 2. Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membrane mukosa 3. Insfeksi area tergantung terhadap edema 4. Ubah posisi klien sesering mungkin;gerakan pasien dengan perlahan;beri bantalan pada tonjolan tulang denan kulit domba,pelindung siku atau tumit 5. Pertahankan linen kering/bebas keriput 6. Selediki keluhan gatal 7. Anjurkan menggunakan pakaian kain katun hangat | R/ menandakan area sirkulasi buruk/kerusakan yang dapat menimbulkan pembentukan dekubitus atau infeksi R/mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi berlebihan yang mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan pada tingkat seluler R/ jaringan edema lebih cendrung rusak / robek R/ menurunkan tekanan ada edema,jaringan dengan perfusi buruk untuk enurnkan iskemia,peninggian meningkatkan aliran balik stasis vena terbatas R/ menurunkan iritasi dermal dan resiko kerusakan kulit R/ gatal dapat terjadi karena kulit adalah rute eksresi untuk produk sisa R/ mencegah iritasi dermal langsungdan maningkatkan evaporasi lembab pada kulit |
4 | Gangguan mobilitas fisik b/d gangguan muskuloskeletal | Tujuan : mobilitas klien tidak terganggu Criteria hasil: - Aktivitas klien tidak terganggu - Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri | 1. Sering Kaji keterbatasan,aktivitas,perhatikan adanya derajat atau keterbatasan atau kemampuan 2. Ubah posisi secara sering apabila,bila tirah baring dukung bagian tubuh yang sakit/sendi yang sakit dengan bantal 3. Berikan pijatan kulit,pertahankan kebersihan dan kekeringan kulit,pertahankan linen kering dan bebas kerutan 4. Dorong nafas dalam dan batuk,tinggikan kepala tempat tidur sesuai yang di perbolehkan.ubah satu sisi ke sisi yang lain | R/Mempengaruhi pemilihan intervensi R/ menurunkan ketidaknyamanan mempertahankan kekuatan otot/mobilitas sendi,meningkatkan sirkulasi dan mencegah kerusakan kulit R/merangsang sirkulasi;mencegah iritasi R/memobilisasi sekresi,memperbaiki ekspansi paru,dan menurunkan resiko komplikasi paru,contoh,atelektasis pneumonia |
5 6 | Kurang perawatan diri b/d kelemahan fisik Ansietas b/d perubahan pada status kesehatan | Tujuan: klien mampu merwat diri sendiri Kriteria hasil : - Klien berpatisipasi dalam aktivitas sehari-hari Tujuan: cemas klien berkurang Kriteria hasil: - Klien tidak cemas dengan kondisinya - Klien menunjukkan rileks | 1. Tentukan kemampuan klien untuk dalam aktivitas parawatan diri 2. Berikan bantuan dengan aktivitas yang di perlukan 3. Dorong/gunakan tekhnik penghematan energi contoh duduk,tidak berdiri,mandi duduk melakukan tugas dalam peningkatan bertahap 4. Jadwalkan aktivitas yang memungkinkan pasien cukup waktu untuk menyelesaikan tugas pada kemampuan paling baik 1. Kaji tingkat rasa takut pada pasien dan orang terdekat,pertahankan tanda pengingkaran,depresi atau penyempitasn fokus perhatian 2. Jelaskan prosedur/asuhan yang di berikan,ulangi penjelasan dengan sering atau sesuai kebutuhan 3. Dorong atau berikan kesempatan untuk pasien/orang terdekat mengajukan pertanyaan dan menyatakan masalah 4. Dorong orang terdekat berpatisipasi dalam asuhan sesuai dengan indikasi 5. Tunjukkan indikator positif pengobatan,contoh perbaikan dalam TD stabil,berkurangnya kelelahan | R/kondisi dasar akan menentukan tingkat kekurangan atau kebutuhan R/ memenuhi kebutuhan dengan mendukung partisipasi dan kemandirian pasien R/ menghemat energy,menurunkan kelelahan,dan meningkatkan kemampuan pasien untuk melakukan tugas R/ pendekatan yang tenang,menurunkan frustasi,meningkatkan partisipasi pasien,meningkatkan harga diri R/ menetukan jenis intervensi yang di perlukan R/takut akan ketidaktahuan di perkecil dengan informasi/pengetahuan atau dapat meningkatkan penerimaan dialysis,perubhan dalam proses fikir an tingginya tingkat ansietas/takut dapat menurunkan ketakutan R/ membuat perasaan terbuka dan bekerjasama dan memberikan informasi yang akan membantu dalam identifikasi/mengatasi masalah R/keterlibatan meningkatakan perasaan berbagi,menguatkan perasaan berguna,memberikan kesempatan untuk mengakui kemampuan individu R/Meningkatkan perasaan berhasil atau maju |
1.2.4. Implementasi Keperawatan
Setelah intervensi di susun,maka di terapkan sesuai kebutuhan klien dalam tindakan nyata,untuk mencapai hasil yang optimal.tindakan keperawatan memerlukan berbagai sarana dan prasarana,kerjasama perawat dengan pasien serta kolaborasi
1.2.5. Evaluasi
Evaluasi adalah hasil akhirdari proses keperawatan di lakukan untuk mengetahui sampai di mana keberhasilan tindakan yang di berikan sehingga dapat menentukan intervensi yang akan di lanjutkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar