BAB I
TINJAUAN TEORITIS
1.1 KONSEP DASAR
1.1.1. Pengertian
Obstruksi ileus adalah Suatu Penyumbatan Mekanis Pada Usus merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau mengganggu jalannya isi usus. (Nettina,2001).
Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal (Nettina, 2001).
Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal (Reeves, 2001).
1.1.2. Etiologi
1.1.2.1.Mekanis
q Adhesi/perlengketan pascabedah (90% dari obstruksi mekanik)
q Karsinoma
q Volvulus
q Intususepsi
q Obstipasi
q Polip
q Striktur
1.1.2.2.Fungsional (non mekanik)
q Ileus paralitik
q Lesi medula spinalis
q Enteritis regional
q Ketidakseimbangan elektrolit
q Uremia
1.1.3. Jenis-Jenis Obstruksi
1.1.3.1.Obstruksi paralitik (ileus paralitik)
Peristaltik usus dihambat sebagian akibat pengaruh toksin atau trauma yang mempengaruhi kontrol otonom pergerakan usus. Peristaltik tidak efektif, suplai darah tidak terganggu dan kondisi tersebut hilang secara spontan setelah 2 sampai 3 hari. (Brunner & Suddarth,edisi 8)
1.1.3.2.Obstruksi mekanik
Terdapat obstruksi intralumen atau obstruksi mural oleh tekanan ekstrinsik. Obstruksi mekanik digolongkan sebagai obstruksi mekanik simpleks (satu tempat obstruksi) dan obstruksi lengkung tertutup ( paling sedikit 2 obstruksi). Karena lengkung tertutup tidak dapat didekompresi, tekanan intralumen meningkat dengan cepat, mengakibatkan penekanan pebuluh darah, iskemia dan infark(strangulasi). Sehingga menimbulkan obstruksi strangulata yang disebabkan obstruksi mekanik yang berkepanjangan. Obstruksi ini tidak mengganggu suplai darah, menyebabkan gangren dinding usus.(Brunner & Suddarth,edisi 8)
1.1.3.3.Anatomi dan Fisiologi
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
Usus besar terdiri dari :
§ Kolon asendens (kanan)
§ Kolon transversum
§ Kolon desendens (kiri)
§ Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
Gambar 1.1 manifestasi klinis dari obstruksi usus halus
Gambar 1.2 Anatomi Fisiologi Colon
1.1.4. Patofisiologi
Ileus obstruktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkan pasase lumen usus terganggu. Akan terjadi pengumpulan isi lumen usus yang berupa gas dan cairan, pada bagian proximal tempat penyumbatan, yang menyebabkan pelebaran dinding usus (distensi).
Sumbatan usus dan distensi usus menyebabkan rangsangan terjadinya hipersekresi kelenjar pencernaan. Dengan demikian akumulasi cairan dan gas makin bertambah yang menyebabkan distensi usus tidak hanya pada tempat sumbatan tetapi juga dapat mengenai seluruh panjang usus sebelah proximal sumbatan. Sumbatan ini menyebabkan gerakan usus yang meningkat (hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah. Sebaliknya juga terjadi gerak.
WOC
Mekanik Fungsional
Obstruksi Ileus
Obstrusi IleusTerjadi penyumbatan intestinal mekanik
Adanya daya mekanik yang bekerja
Mempengaruhi dinding usus
Terjadi penyempitan/ penyubatan lumen usus sumbatan usus dan distensi usus
Menyebabkan pasase lumen usus terganggu Terjadi hipersekresi kelenjar pencernaan
Terjadi pengumpulan isi lumen usus Terjadi akumulasi cairan dan gas
( gas dan ciran )
Di bagian proksimal Distensi usus
Terjadi pelebaran Terjadi Sumbatan Muntah,
dinding usus Peningkatan bising usus
Gerakan usus meningkat Tindakan Operatif
( hiperperistaltik ) luka post op dan colostomy
MK : Gangguan pemenuhan nutrisi MK : Gangguan citra diri
Resiko infeksi
1.1.5. Tanda dan Gejala
1.1.5.1.Mekanika sederhana – usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah empedu awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada tinggi terdengar pada interval singkat), nyeri tekan difus minimal.
1.1.5.2.Mekanika sederhana – usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat,muntah – sedikit atau tidak ada – kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi “hush” meningkat, nyeri tekan difus minimal.
1.1.5.3.Mekanika sederhana – kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir, kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan difus minimal.
1.1.5.4.Obstruksi mekanik parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya kram nyeri abdomen, distensi ringan dan diare.
1.1.5.5.Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan terlokalisir; distensi sedang; muntah persisten; biasanya bising usus menurun dn nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah samar.
1.1.6. Pemeriksaan Penunjang
1.1.6.1. Sinar X abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus
1.1.6.2.Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatan sigmoid yang tertutup.
1.1.6.3.Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat muntah; peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan peningkatan kadar serum amilase karena iritasi pankreas oleh lipatan usus.
1.1.6.4.Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolik.
1.1.7. Komplikasi
q Nekrosis usus, perforasi usus.
q Sepsis.
q Syok-dehidrasi.
q Abses Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi.
q Pneumonia aspirasi dari proses muntah.
q Gangguan elektrolit.
q Meninggal.
1.1.8. Penatalaksanaan
1.1.8.1.Resusitasi
Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda - tanda vital, dehidrasi dan syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami dehidrasi dan gangguan keseimbangan ektrolit sehingga perlu diberikan cairan intravena seperti ringer laktat. Respon terhadap terapi dapat dilihat dengan memonitor tanda - tanda vital dan jumlah urin yang keluar. Selain pemberian cairan intravena, diperlukan juga pemasangan nasogastric tube (NGT). NGT digunakan untuk mengosongkan lambung, mencegah aspirasi pulmonum bila muntah dan mengurangi distensi abdomen.
1.1.8.2.Farmakologis
Pemberian obat - obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai profilaksis. Antiemetik dapat diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah.
1.1.8.3.Operatif
Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk mencegah sepsis sekunder. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik bedah yang disesuaikan dengan hasil eksplorasi selama laparotomi. Berikut ini beberapa kondisi atau pertimbangan untuk dilakukan operasi.
1.2. ASUHAN KEPERAWATAN
1.2.1. Pengkajian
1.2.1.1. Identitas Klien
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, status, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat, no.MR,ruang rawat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, penanggung jawab, alasan masuk.
1.2.1.2. Riwayat Kesehatan
1.2.1.2.1. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien mengeluhkan anoreksia dan malaise, demam, takikardia, diaforesis, pucat, kekakuan abdomen, kegagalan untuk mengeluarkan feses atau flatus secara rektal, peningkatan bising usus (awal obstruksi), penurunan bising usus (lanjut), retensi perkemihan, dan leukositosis.
1.2.1.2.2. Riwayat kesehatan dahulu
Dikaji apakah klien pernah menderita kelainan, dan penyakit yang sama,serta penyakit keturunan yang menular.
1.2.1.2.3. Riwayat kesehatan keluarga
Dikaji adanya penyakit keturunan dan penyakit menular yang dapat menjadi fartor pencetus.
1.2.1.3. Pemeriksaan Fisik
KU
Tingkat Kesadaran
TTV : Meliputi tekanan darah, nadi, pernafasan,dan suhu
Pemeriksaan Head To Toe
- Rambut : tidak ditemui kelainan
- Telinga : tidak ditemui kelainan
- Mata : kedua mata simetris dan konjungtiva anemis
- Hidung : tidak ditemui kelainan
- Mulut : mucosa mulut kering
- Integument :akan ditemukan adanya perubahan warna kulit,perubahan temperature kulit
- Thorak/paru
Ø Inspeksi : pergerakan dinding dada sama kiri dan kanan
Ø Palpasi : premitus kiri dan kanan
Ø Perkusi : redup
Ø Auskultasi : bunyi nafas biasanya normal
- Abdomen
Ø Inspeksi : bisanya perut membuncit
Ø Palpasi : hati teraba 1/3-1/3 rata tajam
Ø Perkusi : tympani
Ø Auskultasi : biasanya bising usus tidak normal
- Genitalia : lengkap, tidak ada kelainan
1.2.1.4. Data sosial ekonomi
Kemampuan klien untuk beradaptasi dan membiayai perawatan dan terjadi pada semua tingkat ekonomi.
1.2.1.5. Data psikologis
Klien tampak cemas dan gelisah dengan keadaannya
1.2.1.6. Data penunjang
1.2.1.6.1. Laboratorium
Hemoglobin : Normal perempuan : (12-14) gram/dl
Normal laki-laki : (13-16) gram/dl
Leukosit : Normalnya 5.000-10.000 gram/dl
1.2.2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan
Setelah data dikumpulkan, kemudian di kelompokan dan di analisa untuk di tegakkan diagnosa keperawatan pada klien dengan ileus obstruksi, kemudian diagnosa keperawatan yang muncul adalah :
1. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur tubuh.
3. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan luka post op.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan karakter/aliran feses dan flatus dari stoma
5. Nyeri akut berhubungan dengan truma jaringan
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan flatus berlebihan/feses ostomi
7. Resiko tinggi terhadap konstipasi atau diare berhubungan dengan penempatan ostomipada kolon sigmoid atau desenden.
1.2.3. Implementasi Keperawatan
Setelah intervensi disusun, maka diterapkan sesuai kebutuhan klien dalam tindakan nyata, untuk mencapai hasil yang optimal, tindakan keperawatan memerlukan berbagai sarana dan prasarana, kerja sama parawat dengan pasien serta kolaborasi.
1.2.4. Evaluasi
Evaluasi adalah hasil akhir dari proses keperawatan di lakukan untuk mengetahui sampai dimana keberhasilan tindakan yang di berikan sehingga dapat menentukan intervensi yang akan di lanjutkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar