BAB I
TINJAUAN TEORITIS
1.1. Konsep Dasar
1.1.1. Defenisi
Kanker paru adalah abnormalitas dari sel-sel yang mengalami proliferasi dalam paru (underwood, patologi, 2000)
Kanker paru adalah tumbuhnya keganasan yang berasal dari sel efitel dan sistem pernapasan bagian bawah yang bersifat efitelia serta berasal dari mukosa percabangan broncus ( sylvia,1995:843 )
Kanker paru adalah tumor paru ganas primer yang berasal dari saluran nafas ( Taprani 1996:234 )
Kanker paru merupakan keganasan pada jaringan paru (price, patofisiologi, 1995)
1.1.2. Anatomi dan Fisiologi
|
Sistem pernafasan meliputi :
1.1.2.1. Rongga hidung terdiri dari benjolan seperti rak yaitu turbinat yang bekerja seperti kisi-kisi radiator untuk menghangatkan, melembabkan dan menyaring udara inspirasi mukosa rongga ini memiliki banyak pembuluh darah yang bervariasi
1.1.2.2. Laring adalah suatu katuk yang rumit pada persimpangan antara lintasan makanan dan lintasan udara. Laring terangkat dibawah lidah saat menelan dan karenanya mencegah makanan masuk ke trakeaaring berperan untuk pembentukan suara dan untuk melindungi jalan nafas terhadap masuknya makanan dan cairan karena itu dapat menyebabkan batuk bila terserang
1.1.2.3. Trakea dipertahankan terbuka oleh cincin-cincin kartilago berbentuk huruf c, trakea yang bercabang menjadi dua brnkus setiap cabang-cabangnya kemudian bercabang kembali kedalam paru, akhirnya berujung dalam kantog tipis
1.1.2.4. Alvioli jalan nafas yang lebih besar ini mempunyai lempeng-lempeng kartilago dindingnya untuk mencegah kempesnya selama perubahan tekanan dalam paru-paru
1.1.2.5. Cabang-cabang trakea dilapisi dengan silia yaitu epitalium yang menghabiskan lendir, debu-debu tertangkap mukosa kemudian di sapu kelaring oleh silia dan dibatukan keluar
1.1.2.6. Bronkus bercabang lagi dan seterusnya menjadi makin kecil yang membentuk bronkiolus yang tidak memiliki penyokong kartilago, tetapi memiliki dinding otot polos yang dapat berkontraksi untuk penyempitan jalan nafas
1.1.2.7. Paru-paru adalah struktur elastis seperti spon, paru-paru berada dalam rongga torak yang terkandung dalm susunan tulang iga dan letaknya disebelah kiri dan kanan media stinum. Alveoli dibungkus oleh anyaman kapiler yang sangat halus yang mengandung darah. Udara dan darah berhubungan lewat dinding tipis hanyan dua sel yang tebal. Disini pertukaran gas terjadi melalui difusi ( Monika Ester. 1999 )
1.1.3. Etiologi
Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan insiden kanker paru :
1.1.3.1. Merokok.
Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistik yang defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari) dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.
1.1.3.2. Radiasi.
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan agen etiologi operatif.
1.1.3.3. Kanker paru akibat kerja.
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel (pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite (paru – paru hematite) dan orang – orang yang bekerja dengan asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden.
1.1.3.4. Polusi udara.
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota. ( Thomson, Catatan Kuliah Patologi,1997).
1.1.3.5. Genetik.
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yakni:
1) Proton oncogen.
2) Tumor suppressor gene.
3) Gene encoding enzyme.
1.1.3.6. Diet.
Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten, seleniumdan vitamin A menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru. (Ilmu Penyakit Dalam, 2001).
1.1.4. Patofisiologi
kanker paru merupakan tumbuhnya sel epitel dalam sistem pernafasan bagian bawah yang berasal percabangan bronkus dan diperkirakan bahwa inhalasi jangka panjang dari bahan karsino genetik diantaranya rokok yang mengandung neutal fraktion dan basik fraktion, polusi udara, faktor genetik, terpajan zat karsinogen, dan diit yang tidak baik.
Bahan bahan tersebut masuk kesaluran pernafasan dan menyebar melalui alveolus, lobus paru, dan jaringan paru sehingga merangsang pertumbuhan sel yang abnormal kemudian terjadilah tumor paru sehingga disana terjadidiantaranya mtatase pada bagian-bagian paru seperti pada bagian traktus superior pada kerja silia menurun dan muskularis disaluran pernafasan disana terdapat penumpukan sekret maka terjadi sesak nafaf.
Terjadinya metastase didaerah paru plura dinding paru, tulang, atau syaraf, dicolumna vetebralis torakal dan lumbal dapat terjadi infasi pad asyaraf nyeri kronik dan keterbatasan gerakan dinding dada sehingga sekret tidak bisa dikeluarkan dan tertelan ditraktus digestifus maka mengakibatkan mual.
Pada lobus paru mak dilakukan tindakan medis yaitu pembedahan (lobustomi) pada bagian lumbal atau columna vetebralisyang akan mengakibatkan klien keterbatasan gerak.
Metastase epiglotis mengakibatkan suara serak, tidak jelas dan hilang dan pada metastase sistem peredaran darah dapat mengenai kerja jantung pada arteri koronaria sehingga terjadi infark miokard, gangguan fungsi jantung dan penurunan kerja jantung
Metastase pada pleura dinding paru, tulang dan saraf, dikolumna vetebralis toraka dan lumbal dapat terjadi infasi pada saraf, nyeri kronik dan keterbatasan dinding dada sehingga sekret tidak bisa dikeluarkan dan tertelan sehingga mengakibatkan mual
(Tabrani rab, 1996)
1.1.5. WOC
Kebiasaan polusi yang berhubungan genetik makan yang mengandung
Merokok udara dengan zat karsinogen zat penyedap rasa
Masuk kedalam salluran
pencernaan
Masuk kedalam saluran pernafasan, menyebar
melalui alveolus lobus paru dan jaringan paru flaskularisasi
Merangsang pertumbuhan sel abnormal
MK: kerusakan pengangkatan Kanker Paru tindakan MK: Ansietas
Pertukaran gas jaringan paru pembedahan
Teerjadi metastase pada bagian paru
Metastase metatase pada metastase metastase sistem
bagain traktus pleura dinding paru, epiglotis peredaran darah
posterior tulang dan syaraf
arterosklerosis
terjadi penumpukan infasi suara serak infark miokard,
sekret pada syaraf hilang gangguan
fungsi jantung
curah jantung
sesak nafas MK: nyeri MK: gangguan komunikasi Edema
|
verb MK:Kelebihan volume cairan
keterbatasan dinding dada sekret susah dikeluarkan,
sehingga tertelan
MK: inefektif bersihan jalan mual
Nafas
|
1.1.6. Klasifikasi
Klasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma Pleura dan Paru – paru (1977):
Karsinoma
Karsinoma
1.1.6.1. Karsinoma epidermoid (skuamosa)
Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor. Terletak sentral sekitar hilus, dan menonjol kedalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa centimeter dan cenderung menyebar langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada dan mediastinum.
1.1.6.2. Karsinoma sel kecil .
Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama bronki.Tumor ini timbul dari sel-sel Kulchitsky, komponen normal dari epitel bronkus. Terbentuk dari sel-sel kecil dengan inti hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit. Metastasis dini ke mediastinum dan kelenjar limfe hilus, demikian pula dengan penyebaran hematogen ke organ-organ distal.
1.1.6.3. Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar).
Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung mukus. Kebanyakan timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang – kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut local pada paru – paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi seringkali meluas melalui pembuluh darah dan limfe pada stadium dini, dan secara klinis tetap tidak menunjukkan gejala – gejala sampai terjadinya metastasis yang jauh.
1.1.6.4. Karsinoma sel besar
Merupakan sel – sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel – sel ini cenderung untuk timbul pada jaringan paru-paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat – tempat yang jauh.
1.1.6.5. Gabungan adenokarsinoma dan epidermoid.
1.1.6.6. Lain – lain.
1). Tumor karsinoid (adenoma bronkus).
2). Tumor kelenjar bronchial.
3). Tumor papilaris dari epitel permukaan.
4). Tumor campuran dan Karsinosarkoma
5). Sarkoma
6). Tak terklasifikasi.
7). Mesotelioma.
8). Melanoma.
(Price, Patofisiologi, 1995).
1). Tumor karsinoid (adenoma bronkus).
2). Tumor kelenjar bronchial.
3). Tumor papilaris dari epitel permukaan.
4). Tumor campuran dan Karsinosarkoma
5). Sarkoma
6). Tak terklasifikasi.
7). Mesotelioma.
8). Melanoma.
(Price, Patofisiologi, 1995).
1.1.7. Manifestasi Klinis
1.1.7.1. Keluhan utama:
1) Batuk-batuk dengan/tanpa dahak (dahak putih, dapat juga purulen) lebih dari 3 minggu
2) Batuk darah
3) Sesak napas
4) Suara serak
5) Nyeri dada yang persisten
6) Sulit/sakit menelan
7) Benjolan di pangkal leher
8) Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan dengan rasa nyeri yang hebat.
1.1.7.2. Tidak jarang yang pertama terlihat adalah gejala atau keluhan akibat metastasis di luar paru, seperti kelainan yang timbul karena kompresi hebat di otak, pembesaran hepar atau patah tulang. Ada pula gejala dan keluhan tidak khas seperti :
1) Berat badan berkurang
2) Nafsu makan hilang
3) Demam hilang timbul
4) Sindrom paraneoplastik, seperti hypertrophic pulmonary osteoartheopathy, trombosis vena perifer dan neuropatia.
1.1.8. Pemeriksaan Penunjang
1.1.8.1. Radiologi.
1) Foto Thorax Posterior-Anterior (PA) dan lateral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
2) Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
1.1.8.2. Laboratorium.
1) Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
2) Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
3) Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).
1.1.8.3. Histopatologi.
1) Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
2) Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
3) Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi.
4) Mediastinosopi.
Umtuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.
Umtuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.
5) Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam-macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam-macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
1.1.8.4. Pencitraan.
1) CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
2) MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.
1.1.9. Stadium
1.1.9.1. Status Tumor Primer (T)
To : Tidak terbukti adanya tumor primer
Tx : Kanker yang tersembunyi terlihat pada sitologi bilasan bronkus tetapi tidak terlihat pada radiogram atau bronkoskopi
Tis : Karsinoma in situ
T1 : Tumor dengan diameter ≤ 3 cm dikelilingi paru – paru atau pleura viseralis yang normal.
T2 : Tumor dengan diameter 3 cm atau dalam setiap ukuran dimana sudah menyerang pleura Viseralis atau mengakibatkan atelektasis yang meluas ke hilus; harus berjarak 2 cm distal dari karina
T3 : Tumor dalam setiap ukuran dengan perluasan langsung pada dinding dada, diafragma,pleura mediastinalis, atau pericardium tanpa mengenai jantung, pembuluh darah besar, trakea, esofagus, atau korpus vertebra; atau dalam jarak 2 cm dari karina tetapi tidak melibat karina.
T4 : Tumor dalam setiap ukuran yang sudah menyerang mediastinum atau mengenai jantung, pembuluh darah besar, trakea, esofagus, koepua vertebra, atau karina; atau adanya efusi pleura yang maligna
1.1.9.2. Kelenjar Limfe Regional (N)
1) Tidak dapat terlihat metastasis pada kelenjar limfe regional.
2) Metastasis pada peribronkial dan/ atau kelenjar – kelenjar hilus ipsilateral.
3) Metastasis pada mediastinal ipsi lateral atau kelenjar limfe subkarina.
4) Metastasis pada mediastinal atau kelenjar – kelenjar limfe hilus kontralateral; kelenjar-kelenjar limfe skalenus atau supraklavikular ipsilateral atau kontralateral.
5) Tidak diketahui adanya metastasis jauh
6) Metastasis jauh terdapat pada tempat tertentu (seperti otak)..
1.1.9.3. Karsinoma in situ.
1.1.9.4. Tumor termasuk klasifikasi T1 atau T2 tanpa adanya bukti metastasis pada kelenjar limfe regional atau tempat yang jauh.
1.1.9.5. Tumor termasuk klasifikasi T1 atau T2 dan terdapat bukti adanya metastasis pada kelenjar limfe peribronkial atau hilus ipsilateral.
1.1.9.6. Tumor termasuk klasifikasi T3 dengan atau tanpa bukti metastasis pada kelenjar limfe peribronkial atau hilus ipsilateral; tidak ada metastasis jauh.
1.1.9.7. Setiap tumor dengan metastasis pada kelenjar limfe hilus tau mediastinal kontralateral, atau pada kelenjar limfe skalenus atau supraklavikular; atau setiap tumor yang termasuk klasifikasi T4 dengan atau tanpa metastasis kelenjar limfe regional; tidak ada metastasis jauh.
1.1.9.8. Setiap tumor dengan metastsis jauh.
Sumber: (Price, Patofisiologi, 1995).
1.1.10. Penatalaksanaan
1.1.10.1. Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
1) Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien.
2) Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
3) Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.
4) Supotif.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi.
( Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 2000
1.1.10.2. Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker.
1) Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
2) Pneumonektomi pengangkatan paru).
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.
3) Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.
4) Resesi segmental
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
5) Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru – paru berbentuk baji (potongan es).
6) Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)
1.1.10.3. Radiasi
Radioterapi adalah penggunaan sinar pengion dalam upaya mengobati penderita kanker. Prinsip radioterapi adalah mematikan sel kanker dengan memberikan dosis yang tepat pada volume tumor / target yang dituju dan menjaga agar efek radiasi pada jaringan sehat disekitarnya tetap minimum
1.1.10.4. Kemoterafi.
Kemoterapi adalah upaya untuk membunuh sel-sel kanker dengan mengganggu fungsi reproduksi sel. Kemoterapi merupakan cara pengobatan kanker dengan jalan memberikan zat/obat yang mempunyai khasiat membunuh sel kanker.
1.2. Asuhan Perawatan Pada Klien Paru
1.2.1. Pengkajian
1.2.1.1. Biodata klien
Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, agama, tanngal pengkajian, tanggal masuk, No. MR, Dx Medis dan lain-lain.
1.2.1.2. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan nyeri pada bagian dada kanan, dan nafas sesak disertai nafsu makan berkurang, tubuh lemah, batuk atau batuk berdarah
2) Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya klien pernah dirawat dengan tumor paru
Biasanya klien pernah merokok,
Biasanya disebabkan oleh polusi udara seperti debu dan asap pabrik
Biasanya klien pernah mengalami penyaki saluran pencernaan
3) Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya ada anggota keluarga klien yang menderita penyakit tumor paru
Biasanya anggota keluarga klien pernah menderita penyakit saluran pernafasan
1.2.1.3. Pemeriksaan fisik
1) Aktifitas/istirahat
Gejala : Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasan rutin dispnea aktivitas
Tanda : Kelesuhan ( biasanya tahap lanjut ) Aktivitas/istirahat
2) Sirkulassi
Gejala : JVD (obstruksi vena kava)
Tanda : Tacikardi/disritmia
3) Integritas ego
Gejala : Perasaan takut, takut hasil pembedahan menolak kondisi yang berat/potensial keganasan
Tanda : Kegelsahan, imsonia, pertanyaanyang diulang-ulang
4) Eliminasi
Gejala : Diare yang hilang timbul ( ketidak seimbangan hormonal, karsional sel kecil)
Tanda : Peningkatan frekuensi/jumlah urine (ketidakseimbangan hormonal tumor epidermoid )
5) Makanan / cairan
Gejala : penurunan BB, nafsu makan buruk, penurunan masukan makanan, kesulitan menelan
Tanda : kurus kerempeng atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut), edema wajah/leher,dada, punggung (obstruksi vene kava) edema wajah/periorbital (ketidakseimbangan, hormonal, karsinoma sel kecil) glukosa dalam urine (ketidakseimbangan hormonal tumor epidermid)
6) Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri dada (ketidakbiasaannya ada pad atahap dini dan tidak selalu pada tahap lanjut) dimana dapat tidak dapat dipengaruhi oleh perubahn posisi.nyeri bahu tangan (khususnya pada sel besar adenokarsinoma). nyeri tulang sendi : erosi kartilago sekunder terhadap peningkatan hormon pertumbuhan (sel besra atau adenokarsinoma).nyeri abdomen hilang timbul.
7) Pernafasan
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya atau produksi sputum, nafas pendek. Pakarja yang terpejam polutan, debu industri (misalnya abses obsida besi debu batu bara, materi radio aktif), dan riwayat merokok
Tanda : dispenea, meningkat dengan bekerja peningkatan freemitus taktil (menunjukan konsulidasi). krekel/mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran udara) hemopitis.
8) Keamanan
Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau adenokarsinoma) kemerahan, kulit pucat (ketidakseimbangan karsinoma sel kecil)
9) Seksualitas
Tanda : Ginekomasatik (prubahan hormon neo plastik, karsinoma sel besar), amenorea/impotent.
10) Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : faktor redikao keluarga kankar khususnya paru tuberkulosis
(Sumber : Doengoes Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3 EGC)
1.2.2. Diagnosa Keperawatan
1.2.2.1 Preoperasi Gale, Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, 2000,dan Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 1999)
1) Kerusakan Pertukaran Gas b/d : Hipoventilasi
2) Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d : kehilangan fungsi silia jalan nafas, peningkatan jumlah atau viskositas secret paru, meningkatnya jalan nafas
3) Ketakutan atau ansietas b/d : factor psikologis, perubahan status kesehatan, takut mati
4) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d iintake yang tidak adekuat
5) Gangguan pola nafas b/d penurunan ekspansi paru
6) Gangguan komunikasi verbal b/d tidak dapat bicara
7) Kelebihan volume cairan b/d peningkatan natrium/retensi urine
8) Nyeri b/d invasi kanker ke pleura, dinding dada
1.2.2.2 Pasca operasi (Doengoes, Rencana Asuhan Keperawatan, 1999)
1) Kerusakan pertukaran gas b/d: pengangkatan jaringan paru, gangguan suplai oksigen, penurunan kapasitas pembawa oksigen darah/ kehilangan darah
2) Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d : peningkatan jumlah atau fiskositas sekret, keterbatasan gerakan dada/nyeri, kelemahan atau kelelahan
3) Nyeri atau akut b/d: insisi bedah, trauma jaringan, dan gangguan saraf internal
4) Ansietas b/d : krisis situasi, ancaman atau perubahan status kesehatan, ancaman kematian
5) Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis b/d kurang mengingat atau kurang informasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar