Mengenai Saya

Foto saya
sumaterabarat, Indonesia
Perawat diruangan Neurologi rumah sakit stroke nasional bukittinggi dan sebagai dosen tetap di salah satu Prodi Keperawatan di salah satu Stikes di bukittinggi

Rabu, 26 Januari 2011

Asuhan Keperawatan tb PARU

BAB I
TINJAUAN TEORITIS

1.1  Konsep Dasar
1.1.1        Pengertian
Tuberculosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman tuberculosis. Sebagian besar kuman TBC menyerang paru tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya ( Depkes RI, 2006 ).
Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh mycrobakterium tuberculosis ( Sylvia Anderson, 2006 ).
Tuberculosis paru adalah penyakit yang disebabkan oleh mycrobakterium tuberculosis dengan gejala yang sangat berfariasi ( Arif Mansjoer, 2000 ).
Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycrobachterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi (Kapita Selecta Kedokteran, 2001)
1.1.2        Anatomi dan Fisiologi
Saluran pernapasan terbagi atas 2 yaitu saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah.
Yang termasuk saluran pernapasan bagian atas adalah :
1.1.2.1  Hidung
Hidung merupakan saluran yang pertama, mempunyai dua lubang (cavum nasi) dipisahkan oleh sekat ( septum nasi ). Rongga hidung dilapisi oleh selaput lendir yang kaya akan pembuluh darah dan bersambung dengan faring dan selaput lendir.
1.1.2.2  Tekak ( Faring )
Pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan osofagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dengan jalan makanan.
1.1.2.3  Laring
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara terletak didepan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya.
Bagian dari saluran pernapasan bagian bawah :
1.1.2.1 trakea ( batang tenggorok )
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 – 20 cincin yang terdiri dari tulang – tulang rawan yang terbentuk seperti kuku kuda.
1.1.2.2 bronkus ( cabang batang tenggorok )
Terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian kira – kira vertebra torakalis ke lima. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar dari bronkus kiri.
1.1.2.3  Alveoli ( Alveolus )
Pada hakekatnya merupakan suatu gelembung gas yang dikelilingi oleh jaringan kapiler sehingga batas antara cairan dan gas membentuk tegangan permukaan yang cenderung mencegah pengembangan saat inspirasi dan cenderung kolaps saat ekspirasi. Gelembung-gelembung alveoli terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Banyaknya gelembung paru-paru ini lebih dari 700 juta buah kiri dan kanan.
1.1.2.4  Paru-paru
Merupakan alat pernapasan utama yang terdiri dari dua bagian yaitu :
-          Paru-paru kanan terdiri atas tiga lobus :
·         lobus pulmo dekstra superior
·         lobus media
·         lobus inferior
-          Paru-paru kiri, terdiri dari dua lobus
·         lobus superior
·         lobus inferior
tiap-tiap lobus terdiri dari belahan-belahan yang lebih kecil yang bernama segmen.

1.1.3        Etiologi
Penyebab Tuberculosis adalah Mycobachterium Tuberculosis, sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um (Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, 2000 )
                  
1.1.4        Tanda dan Gejala
Gejala utama TB Paru adalah :
1.1.4.1 Batuk lebih dari 3-4 minggu dengan atau tanpa sputum
1.1.4.2 Malaise
1.1.4.3 Gejala flu
1.1.4.4 Demam derajat rendah
1.1.4.5 Nyeri dada
1.1.4.6 Batuk berdarah
Gejala lain adalah :
·         Nafsu makan menurun
·         Kegiatan malam tanpa melakukan aktivitas
·         Berat badan menurun
1.1.5        Patofisiologi
Sebagian besar basil tuberculosis yang menginfeksi difagosis dengan makrofag yang menyebar sebelum berkembang atau membentuk hipersensitifitas atau imunitas sebagian besar akan bertahan didalam sel-sel darah dan dibawa ke bagian linfe pulmonary melalui sistem limfa. Basil kemudian akan menyebar keseluruh tubuh dengan demikian walaupun infeksi kecil akan menyebar dengan cepat, lokasi infeksi primer bisa atau tidak mengalami proses degenerasi nefrotik, yang menyebabkan rongga diisi oleh masa basil tuberculosis seperti keju, sel-sel darah putih yang mati dan jaringan paru nekrotik pada saat itu material akan mencari dan akan masuk ke batang trakeobraonkial dan dikeluarkan sebagai sputum. Kebanyakan tuberculosis primer sembuh dalam beberapa bulan melalui pembentukan jaringan parut fibrosus dan akhirnya lesi yang mengapur. Lesi ini bisa berisi basil hidup yang dapat aktif kembali setelah beberapa tahun dan dapat menyebabkan infeksi TB post primer atau TB sekunder.


1.1.7        Komplikasi
Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi, komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut :
1.1.7.1  Komplikasi Dini
-          Pleuritis
-          Efusi Pleura
-          Empisema
-          Laryngitis
-          Menjalar ke organ lain usus
-          Poncet’s Arthoropathy
1.1.7.2  Komplikasi lanjut :
-          Obstruksi jalan nafas – SPOT (Sindrom Obstruksi Paska Tuberculosis)
-          Kerusakan parenkim berat – SPOT /fibrosis paru, kor pulmonal
-          Amiloidosis
-          Karsinoma paru
-          Sindrom gagal nafas dewasa
1.1.8        Pemeriksaan penunjang
1.1.8.1  Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah umumnya akan memperlihatkan adanya :
·         Anemia, terutama bila penyakit menahan
·         Leukosit meningkat
·         LED meningkat terutama pada fase akut

·         Pemeriksaan sputum BTA
Pemeriksaan sputum BTA adalah penting karena dengan ditemukannya kuman BTA, diagnosis TB sudah dapat dipastikan.
1.1.8.2  Pemeriksaan radiology
Lokasi lesi TB umumnya didaerah apeks paru ( segmen apical lobus atas atau segmen apical lobus bawah ), tetapi dapat juga mengenai lobus bawah ( bagian inferior ) atau didaerah hilus menyerupai tumor paru.
1.1.8.3  Tes PAP
Merupakan uji selorogi imunoperoksida memakai alat histogen imunoperoksida staning untuk menentukan adanya IgG + terhadap basil TG.
1.1.8.4  Tes Mantux/ Tuberculin
Sangat penting diagnosis TB pada anak. Hasil positif pada orang dewasa kurang bernilai.
1.1.9        Penatalaksanaan
1.1.9.1  Keperawatan
-          Mengobservasi tanda-tanda vital
-          Pemberian zat gizi tktp
-          Pemberian obat dan pengontrolan minum obat secara teratur
-          Menganjurkan pasien jika bersin atau batuk untuk menutup mulut
-          Membuang sputum pada tempat yang khusus


1.1.9.2  Medis
OAT harus diberikan dengan kombinasi sedikitnya dua obat yang bersifat bakteri sida dengan atau tanpa obat ketiga. Tujuan pemberian OAT adalah:
-          Membuat Konversi sputum bta positif menjadi negatif secepat mungkin melalui kegiatan bakterisida.
-          Mencegah kekambuhan pertama setelah pengobatan dengan kegiatan sterilisasi
-          Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan imunologis.
Pengobatan TB dilakukan dalam dua fase yaitu :
-          Fase awal intensif
-          Fase lanjut
      ( Depkes RI, 2002 )
1.2      Asuhan Keperawatan Teoritis
1.2.1 Pengkajian
1.2.1.1 Identitas klien
Terdiri dari identitas klien dan penanggung jawab ( keluarga ) klien tersebut : Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, hubungan pasien penanggung jawab dan lain-lain.
1.2.1.2 Riwayat kesehatan klien
Riwayat kesehatan sekarang
-          Batuk berdahak atau tidak lebih dari tiga minggu
-          Malaise
-          Demam ringan
-          Keringat malam
-          Anoreksia
-          Nyeri dada
-          Batuk berdahak
Riwayat kesehatan dahulu
-          Riwayat batuk lama lebih dari tiga minggu
-          Riwayat batuk darah
-          Berat badan menurun
-          Riwayat merokok dan minum alkohol
-          Riwayat pemakai obat terlarang dan seks bebas
Riwayat kesehatan keluarga
Adanya keluarga memiliki penyakit yang sama dengan klien.
1.2.1.3 Pemeriksaan fisik
- TTV                                : suhu sub febris, TD, HR, RR
- Tingkat kesadaran           : CM, Apatis
- KU                                  : lemah, sedang
- Head to toe
·             Rambut dan hygiene kepala
·             Mata                                :   konjungtifa anemis
·             Hidung                            :   nafas cuping hidung
·             Mulut dan gigi                :   mukosa bibir kering
·             Dada dan Torak
·         Inspeksi                     :   simetris kiri dan kanan, penggunaan otot tambahan dalam bernapas.
·         Palpasi                       :   pergerakan dada tidak simetris
·         Perkusi                      :   suara redup, pekak, tympani
·         Auskultasi                 :   ronkhi, vesikuler melemah
1.2.1.4 Aktifitas sehari-hari
·         Eliminasi
·         Makan minum
·         Aktifitas   
·         Tidur
1.2.1.5 Data Psikologis
Ansietas dan mengisolasikan diri
1.2.1.6 Data Sosial Ekonomi
Penyakit TBC erat kaitannya dengan gizi yang kurang dan sanitasi yang jelek.

1.2.2 Diagnosa Keperawatan
1.2.2.1 Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi secret
1.2.2.2 Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan alveoli, spasme bronkus
1.2.2.3 Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah, iritasi lingkungan
1.2.2.4 Resiko tinggi gangguan mobilitas berhubungan dengan kelemahan
1.2.2.5 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya imunitas
1.2.2.6 Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakit berhubungan dengan kurang informasi
1.2.3 Intervensi
No
Dx
Tujuan/ KH
Intervensi
Rasional
1
Tujuan
Jalan nafas efektif
KH :
Jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih.
Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki jalan nafas seperti batuk efektif
  1. Auskultasi bunyi nafas catat adanya bunyi nafas.

  1. Pantau frekuensi pernapasan
  2. Kaji pasien dan berikan posisi yang nyaman
  3. Tingkatkan masukkan cairan sampai 3000 ml/hari
  4. Berikan obat sesuai dengan indikasi
  1. Obstruksi jalan nafas dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas
  2. Menentukan derajat beratnya penyakit
  3. Peninggian tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan
  4. Membantu menurunkan kekentalan secret

  1. Merilekskan otot halus dan menurunkan kongesti lokal
2
Tujuan :
Kerusakan pertukaran gas tidak terjadi
KH :
Menunjukkan perbaikan ventilasi
TTV dalam batas normal.
  1. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan
  2. Dorong mengeluarkan sputum
  3. Awasi TTV


  1. Awasi hasil AGD dan nadi oksimetri
  2. Berikan O2 tambahan
  1. Berguna untuk evaluasi derajat ditres pernapasan
  2. Sumber utama gangguan pertukaran gas
  3. Dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik
  4. PCO2 biasanya meningkat

  1. dapat mencegah/ memperbaiki hipoksia.
3
Tujuan :
Nutrisi terpenuhi
KH :
BB meningkat
Menunjukkan perubahan perilaku untuk meningkatkan BB
  1. Catat status Nutrisi, turgorkulit, BB, dan derajat kekurang BB, integritas mukasoral.
  2. Kemampuan/ ketidakmampuan menelan, adanya  tonus otot, riwayat mual muntah atau diare
  3. Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan
  4. Dorong makan sedikit dan sering






  1. Kolaborasi denga ahli gizi





  1. Awasi pemeriksaan laboratorium
  2. Berikan anti piretik tepat
  1. Berguna dalam mendefinisikan derajat masalah dan pilihan interfensi yang tepat


  1. Berguna dalam mengukur ke efektifan Nutrisi dan dukungan  cairan



  1. Menurunkan rasa  tak enak karena sisa sputum atau obat

  1. Memaksimalkan masukan Nutrisi tanpa kelemahan yang tak perlu/ kebutuhan energi dari makan makanan yang banyak dan menurunkan iritasi gaster
  2. Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan Nutrisi adekuat untuk kebutuhan metabolik dan diet
  3. Nilai rendah menunjukkan malnutrisi
  4. Demam meningkatkan kebutuhan metabolik dan juga konsumsi kalori
4
Tujuan:
Mempertahankan posisi fungsi optimal, dibuktikan dengan tidak adanya kontraktur
KH :
Mempertahankan kekuatan dan fungsi tubuh yang sakit
Mendemonstrasikan kembali perilaku yang memungkinkan dilakukannya kembali aktifitas
Mempertahankan integritas kulit kandung kemih dan fungsi usus
  1. Periksa kembali kemampuan dan keadaan secara fungsional pada kerusakan yang terjadi


  1. Kaji derajat imobilisasi menggunakan skala ketergantungan ( 0-4 )
  2. Letakkan pasien pada posisi tertentu untuk menghindari kerusakan karena tekanan


  1. Pertahankan kesejajaran tubuh secara fungsional


  1. Berikan perawatan kulit dengan cermat, masase dengan pelembab, dan antiline yang basah dan pertahankan linen tersebut tetap kering dan bersih
  2. Periksa daerah yang mengalami penekanan, kemerahan, kulit yang hangat otot yang tegang dan sumbatan vena pada kaki
  1. Mengidentifikasi kemampuan kerusakan secara fungsional dan mempengaruhi pilihan intervensi yang akan dilakukan

  1. Menentukan sejauh mana ketergantungan klien



  1. Perubahan posisi yang teratur menyebabkan penyebaran terhadap bb dan meningkatkan sirkulasi pada seluruh bagian tubuh
  2. Penggunaan bantal, gulungan kain dapat membantu mencegah terjadinya rotasi abnormal pada bokong
  3. Meningkatkan sirkulasi dan elastisitas kulit dan menurunkan terjadinya ekskoriasi






  1. Mencegah komplikasi yang serius
5
Tujuan :
Tidak terjadi infeksi
KH :
Menunjukkan perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang sehat
  1. Kaji patologi penyakit dan potensil penyebaran infeksi melalui droplet udara selama batuk,bersin,meludah bicara
  2. Identifikasi orang lain yang beresiko,contoh anggota rumah

  1. Anjurkan pasien untuk batuk/bersin dan mengeluarkan pada tissu dan menghindari meludah
  2. Kaji tindakan kontrol infeksi sementara,contoh masker atau isolasi pernapasan



  1. Kolaborasi dalam pemberian agen anti infeksi sesuai indikasi
  1. Membantu pasien menyadari perlunya mematuhi program pengobatan untuk mencegah pengaktifan berulang


  1. Orang-orang yang terpajan ini perlu program terapi obat untuk mencegah penyebaran
  2. Perilaku yang di perlukan untuk mencegah infeksi




  1. Dapat membantu menurunkan rasa terisolasi pasien dan membuang stikma sosial sehubungan dengan penyakit menular


  1. Untuk mencegah terjadinya infeksi
6
Tujuan :
Klien dan keluarga mengetahui penyakitnya
KH :
Melakukan perilaku hidup untuk memperbaiki kesehatan umum dan menurunkan resiko pengaktifan ulang TB
Mengidentifikasi gejala yang memerlukan evaluasi.
  1. Kaji kemampuan pasien untuk belajar

  1. Mengidentifikasi gejala yang harus dilaporkan

  1. Tekankan pentingnya mempertahankan protein tinggi dan diet karbohidrat dan pemasukan cairan adekuat

  1. Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian kerja yang diharapkan dan alasan pengobatan yang lama
  2. Kaji potensial efek samping pengobatan


  1. Dorong untuk tidak merokok

  1. Kaji bagaimana TB di tularkan dan bahaya reaktif
  1. Belajar tergantung pada emosi persiapan fisik dan tingkatkan pada tahapan individu
  2. Dapat menunjukkan kemajuan atau penaktifan ulang penyakit
  3. Membantu meminimalkan kelemahan dan meningkatkan penyembuhan.cairan dapat mengencerkan pengeluaran secret


  1. Meningkatkan kerja sama dalam program pengobatan dan mencegah penghentian obat sesuai perbaikan kondisi
  2. Mencegah atau menurunkan ketidak nyamanan sehubungan dengan terapi
  3. Mengurangi meningkatnya disfungsi pernapasan
  4. Pengetahuan dapat menurunkan resiko penularan ulang.





1.2.4    Implementasi
Setelah rencana keperawatan disusun langkah selanjutnya adalah menetapkan dalam tindakan keperawatan. Tindakan keperawatan ini dapat di lakukan secara mandiri atau kerja sama dengan tim kesehatan lainnya.
1.2.5    Evaluasi
Evaluasi adalah untuk penilaian yang dilakukan untuk mengetahui keberhasilan tujuan. Jika kriteria yang ditetapkan tidak tercapai maka tugas perawat selanjutnya melakukan pengkajian kembali.


2 komentar:

  1. TERIMAKSIH BANYAK TLAH MAU BERBAGI ILMU.....

    BalasHapus
  2. replica bags lv Recommended Site f8p03o5f58 replica bags in delhi click this link here now o7e84v4i04 replica gucci replica bags london find more r0w82y6m40 replica louis vuitton replica bags and watches z8m54j8b87

    BalasHapus