BAB I
TINJAUAN TEORITIS
.1. Konsep Dasar
.1.1. Defenisi Nefrotiliasis
Nefrotiliasis adalah batu di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis (Litiasis renalis, nefrolitiasis). (Sjamsu Hidayat R. IW, 2004)
Nefrotiliasis adalah penyumbatan saluran kemih khususnya pada vesika urinaria atau kandung kemih oleh batu, penyakit ini juga disebut batu kandung kemih. (Smeltzer and Bare, 2000)
Nefrotiliasis: bentuk deficit mineral, paling umum oksalat Ca dan fosfat Ca namun asam urat dan kristal lain juga pembentukan baru. (Doengoes, 2000).
.1.2. Anatomi
Gambar 1
Anatomi Fisiologi Ginjal
1) Kedudukan: ginjal suatu kelenjer yang terletak di bagian belakang dari kavum abdominalis di belakang perineum, pada kedua sisi vertebra lumbalis III merekat langsung pada dinding belakang abdomen.
2) Bentuk ginjal seperti kacang jumlahnya ada 2 buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari pada ginjal wanita. Ginjal memiliki panjang 6½ cm, tebal 1 ½ sampai 2 ½ cm.
3) Ureter merupakan susunan yang menghubungkan ginjal dengan vesira urinaria yang panjangnya 25-30 cm, fungsinya untuk mengalirkan urin ke vesika urinaria. Vesika urinaria adalah suatu kantong berotot elastis, terletak di belakang simpisis, fungsinya sebagai tempat penyimpanan kemih atau urine sebelum dieskresikan ke luar tubuh
4) Uretra adalah saluran kecil yang berjalan dari vesika urinaria keluar tubuh, panjangnya laki-laki +15-20 cm, wanita = 4cm. Warna uretra keluar tubuh disebut meatus urinarius. Wanita cenderung terinfeksi karena lerak uretra dekat denga anus, laki-laki cenderung terjadi penyumbatan pada uretra karena uretranya lebih panjang dari wanita.
.1.3. Fisiologi
Fungsi ginjal terdiri dari:
1) Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksik racun.
2) Mempertahankan keseimbangan cairan.
3) Mempertahankan keseimbangan asam dan basa dan cairan tubuh.
4) Mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh.
5) Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari protein ureum dan mekonium dan amoniak.
Struktur Ginjal
1) Setiap ginjal terbungkus dari selaput tipis yang disebut kapsula renalis yang terdiri dari jaringan fibrost berwarna ungu tua, lapisan luar korteks (substansia konteralis) dan lapisan sebelah dalam bagian medula (substansia medulari) berbentuk kerucut yang disebut renal piramid puncak berkerucut.
2) Garis-garis terlihat pada piramid disebut tubulus. Nefron yang merupakan terkecil dan ginjal yang terdiri dari: glomerulus tubulusproximal, gelung menaret, tubulus distal dantubali dan tubulus urinarius dan papila vateralis.
3) Pada setiap ginjal dipersyarafi ada 1.000.000 nefrn selama24 jam dapat menyaring darah sebanyak 170 liter, arteri renalis membawa darah murni dari aorta ke ginjal, lubang-lubang yang terdapat pada renal masing-masing membentuk simpul dan kapiler ini disebut dengan glomerulus. Pembeluh efferent yang bercabang membentuk kapiler menjadi vena renalis yang membawa darah dari ginjal ke vena interior.
.1.4. Etiologi Nefrotiliasis
1) Idiopatik: 60% kasus batu ginjal mempunyai factor predisposisi terbentuknya batu sedangkan 40% merupakan ginjal idiopatik.
2) Statis urine yang rendah merupakan kelainan congenital.
3) PH urine yang rendah
4) Obstruksi aliran limfe ginjal baik yang congenital maupun akibat peradangan akan menyebabkan timbulnya inti klasifikasi yang akan menjadi awal dari pertumbuhan batu.
5) Infeksi saluran kemih.
6) Mengkonsumsi makanan yang mengandung oksalat, kalsium dan asam urat.
7) Hiperparatiroid, atritis gout, penyakit usus.
.1.5. Tanda dan Gejala Nefrotiliasis
1) Nyeri pinggang/perut
2) Kolik adalah serangan sakit yang hebat yang timbul berlangsung sebentar dan kemudian hilang mendadak, kemudian timbul lagi.
3) Nadi cepat, pucat, keringat dingin, TD turun, perut kembung dan udema
4) Hematuria: keluar darah daripada urine
5) Nyeri terus menerus, rasa panas dan terbakar.
6) Bila terjadi hidronefrosis ginjal dapat teraba
.1.6. Patofisiologi Nefrotiliasis
Batu ginjal disebabkan oleh idiopatik kadar kalsium oksalat asam urat meningkat, statis urin, PH urine rendah dan infeksi saluran kemih. Dari idiopatik kadar kalsium oksalat asam urat meningkat menjadi perdarahan, gangguan ginjal, kadar zat yang meningkat pada ginjal dan menumpuk menjadi kristal di saluran kemih.
Statis urine yaitu urine yang seharusnya keluar atau zat sisa yang tidak keluar menumpuk menjadi kalsium oksalat dan asam urat yang menyebabkan terjadinya kristal di saluran kemih. PH urine rendah yaitu PH urin 6 – 6,5 yang menandakan adanya asam urat. Ph urine rendah akan mempengaruhi aktivitas bakteri yang akan menyebabkan Ph urine tidak normal. Infeksi saluran kemih menyebabkan proses reabsorbsi menjadi terganggu yang menyebabkan urine statis dan penumpukan zat sisa.
Akibat dari semua itu, kristal yang terbentuk akan menyatu dan lama-kelamaan menumpuk di nefro dan berubah menjadi batu yang menyebabkan obstruksi saluran kemih. Batu juga dapat melukai saluran kemih dan nyeri gerak. Saluran kemih yang terluka menyebabkan hematuria, perdarahan dan Hb menurun sehingga menimbulkan gangguan perfusi jaringan.
Onstruksi saluran kemih menyebabkan gangguan proses penyaringan yang menyebabkan terjadi proteinuria dan penurunan albumin yang menyebakan edema sebagai tanda adanya gangguan cairan elektrolit.
WOC
Idiopatik kadar kalsium Statis urine PH urine rendah Infeksi
oksalat asam urat meningkat saluran kemih
Perdarahan Urine yang seharusnya Ph Urine 6-6,5 menandakan Proses reabsorbsi
keluar/zat sisa yang adanya asam ura terganggu
tidak keluar
Gangguan ginjal Menumpuk Ph urine rendah Urine statis
Kadar zat yang Kalsium oksalat Akan mempengaruhi Zat sisa yang
meningkat dalam ginjal dan asam urat aktivitas bakteri menumpuk
Menumpuk menjadi Bakteri tidak menghambat
kristal di sal. kemih
Ph Urine tidak normal
Kristal yang nomal mengganggu
Mengahmbat kritasl akibat bakteri
penghambat kristalisasi
Kristalisasi menyatu
Lama-lama menumpuk di nefron
Batu Obstruksi saluran kemih
Melukai saluran kemih, Gangguan proses
Nyeri gerak penyaringan
Perdarahan Hematuria Ureum terjadi mual Proteinuria
muntah
Albumin menurun
Nyeri kholik terus menerus hematuria
Perdarahan oedema
Hb menururun
Gangguan perfusi jaringan perifer
(Brunner and Suddart, 2001)
.1.7. Komplikasi
1) Infeksi: adanya mikroorganisme patogenik (yang menyebabkan penyakit) pada urin, uretra di kandung kemih atau ginjal.
2) Obstruksi: khususnya di ginjal dan uretra adapat terjadi hitroneprosis ® pioneprosis ® gagal faal ginjal.
3) Kerusakan ginjal progresif
.1.8. Penatalaksanaan Nefrolitiasis
1) Penatalaksanaan Medis
Tujuan umum untuk menghilangkan batu, mengurangi nyeri menentukan jenis batu, mengendalikan infeksi serta mengurangi obstruksi.
a. Pengangkatan batu (operasi terttutup)
ESWL, adalah merupakan terapi non invasif yang digunakan untuk menghancurkan batu di balik ginjal.
b. Pelarutan batu
Latutan hemolitik dapat digunakan untuk menghancurkan batu yang mudah larut seperti statik.
c. Pengangkatan bedah (operasi terbuka)
d. Analisa sedimen: berguna untuk menganalisa kandung batu guna mencegah kasus berulang selanjutnya.
2) Penatalaksanaan Keperawatan
Pengurangan nyeri mencegah sinkope akibat nyeri hebat
Minum banyak untuk mengurangi kristalisasi urine dan mendorong batu bergerak ke bawah.
.1.9. Pemeriksaan Penunjang
1) Urinalisa
PH yang lebih 7,6 menandakan adanya organisme pemecah batu, sedangkan PH rendah 6-6,5 menunjukkan adanya batu, asam urat pada urine 24 jam.
2) Analisa kuantitatif dari kalsium oksalat, asam urat
3) Kimia darah seperti kalsium, fosfat, asam urat dan protein.
4) BNO-IUP, USG
5) Albumin serum menurun.
6) Kolesterol serum meningkat
7) Hemoglobin menurun.
8) Laju endap darah (LED) meningkat
9) Elektrolit serum bervariasi.
.2. Asuhan Keperawatan
.2.1. Pengkajian
Identitas klien meliputi: nama, jenis kelamin, umur, agama, alamat, pekerjaan dan penanggung jawab.
.2.2. Riwayat Kesehatan
.2.2.1. Riwayat kesehatan sekarang
a. Nyeri yang hilang timbu/kolik
b. Nyeri terus menerus
c. Rasa panas/terbakar di pinggang
d. Nyeri menyebar ke testis sampai pinggang
e. Mual dan muntah
f. Nyeri mendekat ke kandung kemih pada wanita
g. Berkeringat dingin
h. Tekanan darah menurun
i. Menggigil, perut kembung
.2.2.2. Riwayat kesehatan dahulu
a. Pernah mengalami penyakit iskemik
b. Punya riwayat tiroid
c. Suka makanan yang mengandung oksalat seperti bayam, teh, kangkung, kopi dan nenas.
.2.2.3. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah keluarga ada yang menderita penyakit yang sama atau penyakit hipertensi atau DM.
.2.3. Pemeriksaan Fisik
Aktivitas/Istirahat
1) Istirahat
Gejala:
Merasa lemah, kaku, hilang keseimbangan dan sulit untuk istirahat.
Tanda: perubahan status kesadaran, hemiparise, masalah dalam keseimbangan, cedera (trauma) ortopedi, kehilangan tonus otot.
2) Sirkulasi
Tanda:
Perubahan tekanan darah, perubahan frekuensi jantung (bradikardi, takikardi yang diselingi bradikardi, distrimia.
3) Integritas Ego
Gejala:
Perubahan tingkah laku atau kepribadian.
Tanda:
Cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresi dan impulsif.
4) Eliminasi
Gejala:
Inkontinesia kandung kemih, riwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelumnya, rasa terbakar pada kandung kemih.
Tanda:
Oliguria, hematuria, diurisis, perubahan pola kemih.
5) Makan dan Cairan
Gejala:
Mual, muntah dan mengalami perubahan selera
Tanda:
Mual (mungkin proyektil), gangguan menelan (batuk, air liur keluar dan disfagia) distensi abdomen.
6) Nyeri dan kenyamanan
Gejala:
Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda, biasanya lama, nyeri abdomen yang terus menerus atau datangnya tiba-tiba.
Tanda:
Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri yang hebat, gelisah tidak bisa istirahat.
7) Pernafasan
Tanda:
Batuk atau hamabatan jalan nafas.
8) Keamanan
Tanda:
Motorik/sensori bermasalah dengan penglihatan.
.2.4. Data Psikologis
Biasanya klien dan keluar mengalami kecemasan tentang penyakit yang diderita klien apakah bisa sembuh atau tidak dan masalah finansial keluarga.
.2.5. Data Sosial Ekonomi
Penyakit ini pada umumnya terdapat pada klien yang berusia di atas 45 tahun yang sudah tidak produktif lagi dan kurang pengetahuan keluarga tentang keluhan klien yang bersifat sementara, penyakit ini menyerang keluarga dari tingkat ekonomi menengah ke atas.
.2.6. Data Spritual
Perlu diketahui apakah klien taat menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan yang dipercayainya.
.2.7. Daftar Diagnosa Keperawatan
.2.7.1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia seluler dan pembentukan batu di ginjal (Doengoes, 2000)
.2.7.2. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal atau retal ditandai dengan oliguria, hematuria ((Doengoes, 2000)
.2.7.3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah. (Doengoes, 2000)
.2.7.4. Kurang pengetahuan kebutuhan belajar tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan ditandai dengan salah interprestasi informasi. (Doengoes, 2000)
.2.7.5. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan (Doengoes 2000)
1.2.9 Intervensi keperawatan
No | Diganosa Keperawatan | Tujuan dan Kriteria Hasil | Intervensi | Rasional |
1. | perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal atau retral ditandai dengan oliguria, hematuria | Tujuan: Perubahan eliminasi urine dapat teratasi Kriteria Hasil: Berkemih dengan jumlah normal dan pola biasanya tak mengalami tanda obstruksi | 1. Awasi pemasukan dan penge luaran, karakteristik urine. 2. Dorong peningkatan pemasukan cairan. 3. Periksa semua urine dan catat adanya keluar batu 4. Tentukan pola berkemih pasien dan perhatikan variasi. 5. Observasi perubahan status mental, perilaku dan tingkat kesadaran klien | 1. Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi contoh infeksi dan perdarahan 2. Peningkatan hidrasi dapat membilas bakteri, darah dan debris dan dapat membantu lewatnya batu. 3. Penemuan batu memungkin kan identifikasi tipe batu dan mempengaruhi terapi. 4. Kalkulus dapat menyebabkan ekstabilitas syaraf, yang menyebabkan sensasi kebutuhan berkeih segera. 5. Akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit mengindikasikan disfungsi ginjal. |
2 | Nyeri akut berhubungan dengan iskemia seluler dan pembentukan batu di ginjal | Tujuan: Nyeri berkurang atau teratasi Ktiteria hasil Melaporkan nyeri hilang dengan spasme terkontrol, tampak tileks, mampu tidur dan istirahat dengan tepat | 1. Catat lokasi, lamanya intensitas (skala 0-10) dan penyebaran, perhatikan tanda non verbal contoh peningkatan tekanan darah, nadi, gelisah, merintih dan menggelapar 2. Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke perawat jika terjadi perubahan nyeri. 3. Bantu atau dorong penggunaan nafas berfokus, bimbing imaji nasi dan aktivitas terapeutik. 4. Perhatikan keluhan menetapnya nyeri abdomen. | 1. Mengevaluasi tempat obstruk si dan kemampuan gerakan kalkulus. 2. Memberikan kesempatan untuk pemberian analgesia sesuai waktu 3. Mengarahkan kembali perha-tian dan membantu dalam relaksasi otot. 4. Obstruksi lengkap ureter dapat menyebabkan perforasi dan ektravasi urine ke dalam area perineal, ini membutuhkan bedah renal akut. |
3 | Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan. | Tujuan: Gangguan perfusi jaringan tidak terjadi Ktiteria Hasil - Turgor kulit baik - Nadi perifer kuat atau dapat dipalpasi. | 1. Awasi TTV dengan cermat. Kaji nadi untuk frekuensi, irama, volume. Catat hipotensi, nadi cepat, lemah dan lembut, dan peningkatan atau melambatnya pernafasan. 2. Kaji kulit untuk rasa dingin, pucat, sianosis, diaporesi, perlambatan pengisian kapiler. 3. Catat perubahan dalam tingkat kesa daran, keluhan sakit kepala, pusing, terjadinya defisit sensori atau motor 4. Pertahankan pemasukan cairan adekuat. 5. Pertahankan suhu lingkungan dan kehangatan tubuh 6. Evaluasi untuk terjadinya udema. | 1. Pengendapan dan sabit pembuluh perifer dapat menimbulkan obliterasi lengkap atau parsial pembuluh darah dengan penurunan perfusi pada jaringan sekitar. 2. Perubahan menunjukkan penurunan sirkulasi atau hipoksia yang meningkatkan oklusi kapiler. 3. Perubahan dapat menunjukkan penurunan perfusi pada SSP akibat iskemia atau infark. 4. Dehidrasi tidak hanya menyebabkan hipovolemia, tetapi meningkatkan pembentukan sabit dan oklusi kapiler. 5. Mencegah pasokontriksi, membantu dalam memper tahankan sirkulasi dan perfusi. 6. Vaso-oklusi/statis sirkulasi dapat menimbulkan edema ekstremitas. |
4 | Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah | Tujuan Volume cairan terpenuhi. Kriteria Hasil: - TTV Stabil - Membran mukosa lembab - Turgor kulit baik. | 1. Awasi pemasukan dan pengeluaran 2. Catat insiden muntah, diare perhatikan karakteristik dan frekuensi muntah dan diare 3. Tingkatkan pemasukan cairan sampai 3-4 liter perhari dalam toleransi jantung. 4. Awasi tanda vital, evaluasi nadi, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa. | 1. Membandingkan keluaran aktual dan yang diantisipasi membantu dalam avaluasi adanya atau derajat statis atau kerusakan ginjal. 2. Mual atau muntah dan diare secara umum berhubungan dengan kolik ginjal karena syaraf ganglion seliaka pada kedua ginjal dan lambung. 3. Mempertahankan keseimbangan cairan untuk homeostasis, juga tindakan “mencuci” yang dapat membilas batu keluar. 4. Indikator hidrasi/volume sirkulasi kebutuhan dan intervensi. |
5 | Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan tidak ada motivasi dalam perawatan diri | Tujuan: Tindakan pera- watan diri dapat dilakukan. Kriteria Hasil: Kebersihan diri klien terpenuhi, rambut bersih, kulit bersih, tidak berbau | 1. Kaji sejauh mana klien tidak dapat melakukan aktifitas. 2. Dorong klien untuk melakukan perawatan diri 3. Jangan berikan bantuan kepada klien atau keluarga jika mereka bisa mengerjakan. | 1. Untuk dapat memberikan tindakan yang tepat kepada klien dalam memberikan bantuan dalam perawatan diri klien. 2. Dengan memotivasi kien dapat menimbulkan semangat oleh klien dalam melakukan perawatan diri. 3. Melatih kemandirian klien, keluarga |
1.2.10. Implementasi Keperawatan
Setelah rencana keperawatan disusun selanjutnya ditetapkan dalam tindakan yang nyata untuk mencapai hasil yang diharapkan. Tindakan diberikan kepada pasien berdasarkan prioritas yang muncul dengan cara mengatasi masalah yang mendeteksi terjadinya komplain.
1.2.11. Evaluasi
Evaluasi merupakan hasil akhir dari keperawatan yang telah ditentukan dengan mengadakan penilaian, baik terhadap proses maupun terhadap hasil. Jika hasil belum tercapai dengan baik, maka perawat harus melakukan pengkajian kembali terhadap klien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar