Mengenai Saya

Foto saya
sumaterabarat, Indonesia
Perawat diruangan Neurologi rumah sakit stroke nasional bukittinggi dan sebagai dosen tetap di salah satu Prodi Keperawatan di salah satu Stikes di bukittinggi

Rabu, 26 Januari 2011

Asuhan keperawatan Bronchopneumonia

BAB 1
TINJAUAN TEORITIS

1.1   PENGERTIAN
Bronchopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572)
Bronchopneomonia adalah penyebaran daerah infeksi yang berbercak dengan diameter sekitar 3 sampai 4 cm mengelilingi dan juga melibatkan bronchi. (Sylvia A. Price & Lorraine M.W, 1995 : 710)
Menurut Whaley & Wong, Bronchopneumonia adalah bronkiolus terminal yang tersumbat oleh eksudat, kemudian menjadi bagian yang terkonsolidasi atau membentuk gabungan di dekat lobulus, disebut juga pneumonia lobaris.
Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat mokopurulen yang membentuk bercak-barcak konsolidasi di lobuli yang berdekatan. Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh.(Sudigdiodi dan Imam Supardi, 1998)
Kesimpulannya bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar alveoli.

1.2   ETIOLOGI
 Secara umun individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh  adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang  yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria, 2001 : 682) antara lain:
1.2.1              Bakteri seperti Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
1.2.2              Virus seperti Legionella pneumonia
1.2.3              Jamur  seperti Aspergillus spesies, Candida albicans
1.2.4              Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru
1.2.5              Terjadi karena kongesti paru yang lama.
1.2.6              Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada pasien yang daya  tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang terdapat dalam mulut dan karena adanya pneumocystis cranii, Mycoplasma. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572 dan Sandra M. Nettina, 2001 : 682)
1.3   ANATOMI FISIOLOGI
1.3.1          Hidung
Nares anterior adalah saluran-saluran di dalam rongga hidung. Saluran-saluran itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum. Rongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan farinx dan dengan selaput lendir sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung. Septum nasi memisahkan kedua cavum nasi. Struktur ini tipis terdiri dari tulang dan tulang rawan, sering membengkok kesatu sisi atau sisi yang lain, dan dilapisi oleh kedua sisinya dengan membran mukosa. Dinding lateral cavum nasi dibentuk oleh sebagian maxilla, palatinus, dan os. Sphenoidale. Tulang lengkung yang halus dan melekat pada dinding lateral dan menonjol ke cavum nasi adalah : conchae superior, media, dan inferior. Tulang-tulang ini dilapisi oleh membrane mukosa.
Dasar cavum nasi dibentuk oleh os frontale dan os palatinus sedangkan atap cavum nasi adalah celah sempit yang dibentuk oleh os frontale dan os sphenoidale. Membrana mukosa olfaktorius, pada bagian atap dan bagian cavum nasi yang berdekatan, mengandung sel saraf khusus yang mendeteksi bau. Dari sel-sel ini serat saraf melewati lamina cribriformis os frontale dan kedalam bulbus olfaktorius nervus cranialis
olfaktorius.Sinus paranasalis adalah ruang dalam tengkorak yang berhubungan melalui lubang kedalam cavum nasi, sinus ini dilapisi oleh membrana mukosa yang bersambungan dengan cavum nasi. Lubang yang membuka kedalam cavum nasi :
1.3.1.1    Lubang hidung
1.3.1.2    Sinus Sphenoidalis, diatas concha superior
1.3.1.3    Sinus ethmoidalis, oleh beberapa lubang diantara concha superior   dan media dan diantara concha media dan inferior
1.3.1.4    Sinus frontalis, diantara concha media dan superior
1.3.1.5    Ductus nasolacrimalis, dibawah concha inferior
1.3.1.6    Pada bagian belakang, cavum nasi membuka kedalam nasofaring melalui appertura nasalis posterior.
Gambar 1. Sistem pernafasan manusia

1.3.2 Faring (tekak)

            Adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya di belakang larinx (larinx-faringeal). Orofaring adalah bagian dari faring merrupakan gabungan sistem respirasi dan pencernaan.


1.3.3 Laring (tenggorok)

            Terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit, glandula tyroidea, dan beberapa otot kecila, dan didepan laringofaring dan bagian atas esophagus Laring merupakan struktur yang lengkap terdiri atas:
1.3.3.1 Cartilago yaitu cartilago thyroidea, epiglottis, cartilago cricoidea, dan 2 cartilago arytenoidea
1.3.3.2 Membarana yaitu menghubungkan cartilago satu sama lain dan dengan os. Hyoideum, membrana mukosa, plika vokalis, dan otot yang bekerja pada plica vokalis.
            Cartilago tyroidea à berbentuk V, dengan V menonjol kedepan leher sebagai jakun. Ujung batas posterior diatas adalah cornu superior, penonjolan tempat melekatnya ligamen thyrohyoideum, dan dibawah adalah cornu yang lebih kecil tempat beratikulasi dengan bagian luar cartilago cricoidea. Membrana Tyroide à mengubungkan batas atas dan cornu superior ke os hyoideum.Membrana cricothyroideum à menghubungkan batas bawah dengan cartilago cricoidea.

1.3.4 Epiglottis

Cartilago yang berbentuk daun dan menonjol keatas dibelakang dasar lidah. Epiglottis ini melekat pada bagian belakang V cartilago thyroideum. Plica aryepiglottica, berjalan kebelakang dari bagian samping epiglottis menuju cartilago arytenoidea, membentuk batas jalan masuk laring

1.3.5 Cartilago cricoidea

Cartilago berbentuk cincin signet dengan bagian yang besar dibelakang. Terletak dibawah cartilago tyroidea, dihubungkan dengan cartilago tersebut oleh membrane cricotyroidea. Cornu inferior cartilago thyroidea berartikulasi dengan cartilago tyroidea pada setiap sisi. Membrana cricottracheale menghubungkan batas bawahnya dengan cincin trachea I

1.3.6 Cartilago arytenoidea

Dua cartilago kecil berbentuk piramid yang terletak pada basis cartilago cricoidea. Plica vokalis pada tiap sisi melekat dibagian posterio sudut piramid yang menonjol kedepan.

1.3.7 Membrana mukosa

            Laring sebagian besar dilapisi oleh epitel respiratorius, terdiri dari sel-sel silinder yang bersilia. Plica vocalis dilapisi oleh epitel skuamosa.

1.3.8 Plica vokalis

Plica vocalis adalah dua lembar membrana mukosa tipis yang terletak di atas ligamenturn vocale, dua pita fibrosa yang teregang di antara bagian dalam cartilago thyroidea di bagian depan dan cartilago arytenoidea di bagian belakang.
Plica vocalis palsu adalah dua lipatan. membrana mukosa tepat di atas plica vocalis sejati. Bagian ini tidak terlibat dalarn produksi suara.

1.3.9 Otot

Otot-otot kecil yang melekat pada cartilago arytenoidea, cricoidea, dan thyroidea, yang dengan kontraksi dan relaksasi dapat mendekatkan dan memisahkan plica vocalis. Otot-otot tersebut diinervasi oleh nervus cranialis X (vagus).

1.3.10 Respirasi

Selama respirasi tenang, plica vocalis ditahan agak berjauhan sehingga udara dapat keluar-masuk. Selama respirasi kuat, plica vocalis terpisah lebar

1.3.11 Trachea atau batang tenggorok

Adalah tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm dengan lebar 2,5 cm. trachea berjalan dari cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan leher dan dibelakang manubrium sterni, berakhir setinggi angulus sternalis (taut manubrium dengan corpus sterni) atau sampai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis kelima dan di tempat ini bercabang mcnjadi dua bronckus (bronchi). Trachea tersusun atas 16 - 20 lingkaran tak- lengkap yang berupan cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran disebelah belakang trachea, selain itu juga membuat beberapa jaringan otot.

 

 

 

1.3.12 Bronchus

Gambar 2. Sistem pernafasan manusia

            Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan dilapisi oleh.jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah tampuk paru. Bronckus kanan lebih pendek dan lebih lebar, dan lebih vertikal daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi darl arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronckus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelurn di belah menjadi beberapa cabang yang berjalan kelobus atas dan bawah.
            Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus lobaris dan kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronchus yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong udara). Bronkhiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih I mm. Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkbiolus terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.
            Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, asinus atau.kadang disebut lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.

1.3.13      Paru-Paru

            Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan. Paru-paru memilki :
1.3.13.1 Apeks, Apeks paru meluas kedalam leher sekitar 2,5 cm diatas Clavikula
1.3.13.2 Permukaan costo vertebra, menempel pada bagian dalam dinding dada
1.3.13.3 Permukaan mediastinal, menempel pada perikardium dan jantung.
1.3.14.4 Bagian Basis. Terletak pada diafragma
            Paru-paru juga Dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di dalam rongga pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikasi. Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius dan inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar dan alveoli. Diperkirakan bahwa stiap paru-paru mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai permukaan yang cukup luas untuk tempat permukaan/pertukaran gas.

1.3.14 Sirkulasi Pulmonal

            Paru-paru mempunyai 2 sumber suplai darah, dari arteri bronkialis dan arteri pulmonalis. Darah di atrium kanan mengair keventrikel kanan melalui katup   AV lainnya, yang disebut katup semilunaris (trikuspidalis). Darah keluar dari ventrikel kanan dan mengalir melewati katup keempat, katup pulmonalis, kedalam arteri pulmonais. Arteri pulmonais bercabang-cabang menjadi arteri pulmonalis     kanan dan kiri yang masing-masing mengalir keparu kanan dan kiri. Di paru arteri pulmonalis bercabang-cabang berkali-kali menjadi erteriol dan kemudian kapiler. Setiap kapiler memberi perfusi kepada saluan pernapasan, melalui sebuah alveolus, semua kapiler menyatu kembali untuk menjadi venula, dan venula menjadi vena.
Vena-vena menyatu untuk membentuk vena pulmonalis yang besar.
Darah mengalir di dalam vena pulmonalis kembali keatrium kiri untuk menyelesaikan siklus aliran darah. Jantung, sirkulasi sistemik, dan sirkulasi paru. Tekanan darah pulmoner sekitar 15 mmHg. Fungsi sirkulasi paru adalah karbondioksida dikeluarkan dari darah dan oksigen diserap, melalui siklus darah yang kontinyu mengelilingi sirkulasi sistemik dan par, maka suplai oksigen dan pengeluaran zat-zat sisa dapat berlangsung bagi semua sel.
1.4     PATHOFISIOLOGI
            Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau karena aspirasi makanan dan minuman.Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masukl ke saluran pernafasan bagian bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat tersebut, sebagian lagi masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan dengan ganbaran sebagai berikut:
1.4.1         Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli.
1.4.2         Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam saluran pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora normal dalam usus, peristaltik meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan kemudian terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit (Soeparman, 1991 )









1.5 WOC ( WEB OF MOTION )
       Bakteri Stafilokokus aureus
Bakteri Haemofilus influezae
·         Penderita akit berat yang dirawat di RS
·         Penderita yang mengalami supresi
sistem pertahanan tubuh
·         Kontaminasi peralatan RS



                                   












     1.6  MANIFESTASI KLINIS
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat bernafas menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul sianosis(Barbara C.long, 1996:435).
Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar ketika terjadi konsolidasi (pengisian rongga udara oleh eksudat) ( Sandra M. Nettina, 2001 : 683).
1.7   PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara:
1.7.1     Pemeriksaan Laboratorium
          Pemeriksaan darah
1.7.2     Pemeriksaan sputum
          Pasien mungkin tidak dapat menghasilkan sputum pada tahap bronhopneumonia dini. Pemeriksaan ini sedikit sekali dalam penatalaksanaan broncho pneumonia dini. Bakteri gram negatif mungkin tumbuh dari sputum pasien yang mendapat antibiotik spektrum luas dan ini tidaklah menunjukan penyebab bronchopneumonia
1.7.3     Analisa gas darah
          Tidak merupakan pemeriksaan yang esensial kecuali pada pasien yang sangat sakit atau penyakitmkomplikasi dari bronchopneumonia .PaCo2 biasanya rendah pada pasien bronchopneumonia PaCo2 menunjukan infeksi yang hebat dengan kegagalan dorongan pernafasan
1.7.4     Kultur darah
            serinng kali positif karena pada pasien ini merupakan cara yang lebih positif untuk mengidentifikasi organismedi bandingkan dengan kultur yang potensial terkontaminasi
1.7.5     Sampel darah, sputum, dan urin
1.7.6     Pemeriksaan Radiologi
1.7.6.1         Rontgenogram Thoraks
              Foto rontgen P A lateral untuk meyakinkan adanya konsolidasi kollap dan untuk menentukan perselubungan pada paru
1.7.6.2         Laringoskopi/ bronkoskopi
1.8   KOMPLIKASI
1.8.1    Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps
1.8.2          paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
1.8.3          Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleur
1.8.4          1.8.4 Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang
1.8.5          Infeksi sitemik
1.8.6          Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
1.8.7          Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
1.9          PENATALAKSANAAN
1.9.1      Istirahat, umumnya penderita tidak perlu dirawat, cukup istirahat dirumah.
1.9.2          Simptomatik terhadap batuk.
1.9.3          Batuk yang produktif jangan ditekan dengan antitusif
1.9.4          Bila terdapat obstruksi jalan napas, dan lendir serta ada febris, diberikan broncodilator.
1.9.5          Pemberian oksigen umumnya tidak diperlukan, kecuali untuk kasus berat
1.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1.2.1 Pengkajian
1.2.1.1 identitas diri pasien
meliputi : nama, umur,jenis kelami, pendidikan,agama,alamt, tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnosis medis dan data penanggunng jawab
1.2.1.2 riwayat kesehatan
a.       Riwayat kesehatan sekarang
       biasanya Batuk produktif, pernafasan cuping hidung, pernapasan cepat dan dangkal, Anorexia, sukar menelan, mual dan muntah ,gelisah, sianosis
b.     Riwayat kesehatan dahulu
       Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya : batuk, pilek, demam, ) Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti malnutrisi, terpapar polusi secara terus – menerus, aspirasi zat iritan
c.     Riwayat kesehatan keluarga
       Anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernapasan atau penyakit menular lainya
1.2.1.3 Dampak hospitalisasi
Masa sekolah 6 sampai 12 tahun
Perawatan di rumah sakit memaksakan meninggalkan lingkungan yang dicintai , klg, klp sosial sehingga menimbulkan kecemasan. Kehilangan kontrol berdampak pada perubahan peran dlm klg, kehilangan klp sosial,perasaan takut mati, kelemahan fisik. Reaksi nyeri bisa digambarkan dgn verbal dan non verbal



1.2.1.4 riwayat imunisasi
umur
Jenis imunisasi
keterangan
2             bulan
3             bulan
4             bulan
9       bulan
BCG, polio I, DPT I
HB 1, Polio 2, DPT 2
HB 2, Polio 2, DPT 3
HB3, Polio3, Campak
Lenkap
Lenkap
Lengkap
lengkap

1.2.1.5 Pemeriksaan fisik
a. Demam, takipnea, sianosis, pernapasan cuping hidung
b. Auskultasi paru ronchi basah
c.  Laboratorium leukositosis, LED meningkat atau normal
d.  Rontgent dada abnormal (bercak, konsolidasi yang tersebar pada kedua paru)
1.2.1.6 Factor fsikologis / perkembangan memahami tindakan
a  Usia tingkat perkembangan
b  Toleransi / kemampuan memahami tindakan
c  Koping
d  Pengalaman terpisah dari keluarga / orang tua
e  Pengalaman infeksi saluran pernafasan sebelumnya
1.2.1.7 Pengetahuan keluarga / orang tua
a  Tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit saluran pernapasan
b
 Pengalaman keluarga tentang penyakit saluran pernafasan
c
 Kesiapan / kemauan keluarga untuk belajar merawat anaknya



DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.        Bersihan jalan nafas tidak efektif  berhubungan dengan inflamasi trakeobronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum. (Doenges, 1999 : 166)
2.        Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa aksigen darah, ganggguan pengiriman oksigen. (Doenges, 1999 : 166)
3.        Pola nafas tidak efektif  berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli. (Doenges, 1999 :177)
4.        Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan berlebih, penurunan masukan oral. (Doenges, 1999 : 172)
5.        Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia yang berhubungan dengan toksin bakteri bau dan rasa sputum, distensi abdomen atau gas.( Doenges, 1999 : 171)



4. Implementasi
setelah rencana keperawatan tersusun maka rencana tersebut di terapkan dalam tindakan yang nyata untuk mencapai tujuan yang diharapkan, tindakan tersebut harus terperinci sehingga dapt diterapkan tenaga pelaksana keperawatan dengan bak dan sesuai
5.       Evaluasi
merupakan langkah akhir dari proses keperawatan, dimana perawat menilai efektif atau tidaknya proses keperawatan yang dilakukan , keberhasilan keperawatan adalah tercapainya tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan dalam perencanaan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar