BAB I
TINJAUAN TEORITIS
1.1. Konsep Dasar
1.1.1. Pengertian
1.1.1.1. Osteosarkoma
Sarkoma adalah tumor yang berasal dari jaringan penyambung (Danielle. 1999: 244 ).
Sarkoma osteogenik ( Osteosarkoma ) merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. ( Price. 1998: 1213)
Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) merupakan tulang primer maligna yang paling sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke paru. Tumor ini menyebabkan mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah menyebar ke paru ketika pasien pertama kali berobat.( Smeltzer. 2001: 2347 )
Tempat-tempat yang paling sering terkena adalah femur distal, tibia proksimal dan humerus proksimal. Tempat yang paling jarang adalah pelvis, kolumna, vertebra, mandibula, klavikula, skapula, atau tulang-tulang pada tangan dan kaki. Lebih dari 50% kasus terjadi pada daerah lutut. ( Otto.2003 : 72 )
|
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksii bakteri.
Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi.
Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi.
Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang mati inilah yang membentuk nanah, yang mengisi rongga tersebut. Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan di sekitarnya akan terdorong.
Jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas abses; hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut.
1.1.2. Anatomi dan Fisiologi
Gambar 1.1. Tulang paha (femur)
Tulang paha atau femur adalah bagian tubuh terbesar dan tulang terkuat pada tubuh manusia. Ia menghubungkan tubuh bagian pinggul dan lutut. Femur pada ujung bagian atasnya memiliki caput, collum, trochanter major dan trochanter minor. Bagian caput merupakan lebih kurang dua pertiga bola dan berartikulasi dengan acetabulum dari os coxae membentuk articulatio coxae. Pada pusat caput terdapat lekukan kecil yang disebut fovea capitis, yaitu tempat perlekatan ligamentum dari caput. Sebagian suplaii darah untuk caput femoris dihantarkan sepanjang ligamen ini dan memasuki tulang pada fovea.
Bagian collum, yang menghubungkan kepala pada batang femur, berjalan ke bawah, belakang, lateral dan membentuk sudut lebih kurang 125 derajat (pada wanita sedikit lebih kecil) dengan sumbu panjang batang femur. Besarnya sudut ini perlu diingat karena dapat dirubah oleh penyakit.
Trochanter major dan minor merupakan tonjolan besar pada batas leher dan batang. Yang menghubungkan dua trochanter ini adalah linea intertrochanterica di depan dan crista intertrochanterica yang mencolok di bagian belakang, dan padanya terdapat tuberculum quadratum.
Bagian batang femur umumnya menampakkan kecembungan ke depan. Ia licin dan bulat pada permukaan anteriornya, namun pada bagian posteriornya terdapat rabung, linea aspera. Tepian linea aspera melebar ke atas dan ke bawah. Tepian medial berlanjut ke bawah sebagai crista supracondylaris medialis menuju tuberculum adductorum pada condylus medialis.Tepian lateral menyatu ke bawah dengan crista supracondylaris lateralis. Pada permukaan posterior batang femur, di bawah trochanter major terdapat tuberositas glutealis, yang ke bawah berhubungan dengan linea aspera. Bagian batang melebar ke arah ujung distal dan membentuk daerah segitiga datar pada permukaan posteriornya, disebut fascia poplitea.
Ujung bawah femur memiliki condylus medialis dan lateralis, yang di bagian posterior dipisahkan oleh incisura intercondylaris. Permukaan anterior condylus dihubungkan oleh permukaan sendi untuk patella. Kedua condylus ikut membentuk articulatio genu. Di atas condylus terdapat epicondylus lateralis dan medialis. Tuberculum adductorium berhubungan langsung dengan epicondylus medialis.
1.1.3. Etiologi
1.1.3.1. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi
1.1.3.2. Keturunan
1.1.3.3. Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget (akibat pajanan radiasi ).
1.1.3.4. Virus onkogenik ( Smeltzer. 2001: 2347 )
1.1.4. Tanda dan Gejala
1.1.4.1. Nyeri dan atau pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi semakin parah pada malam hari dan meningkat sesuai dengan progresivitas penyakit).
1.1.4.2. Fraktur patologik.
1.1.4.3. Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas. ( Gale. 1999: 245 )
1.1.4.4. Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena.
1.1.4.5. Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan menurun dan malaise. ( Smeltzer. 2001: 2347 )
1.1.5. Komplikasi
1.1.5.1. Akibat langsung : Patah tulang
1.1.5.2. Akibat tidak langsung : Penurunan berat badan, anemia, penurunan kekebalan tubuh
1.1.5.3. Akibat pengobatan : Gangguan saraf tepi, penurunan kadar sel darah, kebotakan pada kemoterapi.
1.1.6. Patofisiologi
Sarkoma osteogenik ( Osteosarkoma ) merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut.
Penyebab osteosarkoma belum jelas diketahui, adanya hubungan kekeluargaan menjadi suatu predisposisi. Begitu pula adanya hereditery. Dikatakan beberapa virus dapat menimbulkan osteosarkoma pada hewan percobaan. Radiasi ion dikatakan menjadi 3% penyebab langsung osteosarkoma. Akhir-akhir ini dikatakan ada 2 tumor suppressor gene yang berperan secara signifikan terhadap tumorigenesis pada osteosarkoma yaitu protein P53 ( kromosom 17) dan Rb (kromosom 13).
Lokasi tumor dan usia penderita pada pertumbuhan pesat dari tulang memunculkan perkiraan adanya pengaruh dalam patogenesis osteosarkoma. Mulai tumbuh bisa didalam tulang atau pada permukaan tulang dan berlanjut sampai pada jaringan lunak sekitar tulang epifisis dan tulang rawan sendi bertindak sebagai barier pertumbuhan tumor kedalam sendi. Osteosarkoma mengadakan metastase secara hematogen paling sering keparu atau pada tulang lainnya dan didapatkan sekitar 15%-20% telah mengalami metastase pada saat diagnosis ditegakkan.
(Salter, robert : 2006)
WOC
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
(Salter, robert : 2006)
1.1.7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
1.1.7.1. Pemeriksaan radiologis menyatakan adanya segitiga codman dan destruksi tulang.
1.1.7.2. CT scan dada untuk melihat adanya penyebaran ke paru-paru.
1.1.7.3. Biopsi terbuka menentukan jenis malignansi tumor tulang, meliputi tindakan insisi, eksisi,biopsi jarum, dan lesi- lesi yang dicurigai.
1.1.7.4. Skening tulang untuk melihat penyebaran tumor.
1.1.7.5. Pemeriksaan darah biasanya menunjukkan adanya peningkatan alkalin fosfatase.
1.1.7.6. MRI digunakan untuk menentukan distribusi tumor pada tulang dan penyebaran pada jaringan lunak sekitarnya.
1.1.7.7. Scintigrafi untuk dapat dilakukan mendeteksi adanya “skip lesion”,
( Rasjad. 2003 )
1.1.8. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat didiagnosis. Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan tumor, pencegahan amputasi jika memungkinkan dan pemeliharaan fungsi secara maksimal dari anggota tubuh atau ekstremitas yang sakit. Penatalaksanaan meliputi pembedahan, kemoterapi, radioterapi, atau terapi kombinasi. Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan / atau radiasi dan kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi adriamycin (doksorubisin) cytoksan dosis tinggi (siklofosfamid) atau metrotexate dosis tinggi (MTX) dengan leukovorin. Agen ini mungkin digunakan secara tersendiri atau dalam kombinasi.
Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan pemberian cairan normal intravena, diurelika, mobilisasi dan obat-obatan seperti fosfat, mitramisin, kalsitonin atau kortikosteroid. ( Gale. 1999: 245 ).
2. Tindakan keperawatan
a. Manajemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi ) dan farmakologi (pemberian analgetika).
b. Mengajarkan mekanisme koping yang efektif
Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan berikan dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohaniawan.
c. Memberikan nutrisi yang adekuat
Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek samping kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat. Antiemetika dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi gastrointestinal. Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai dengan indikasi dokter.
d. Pendidikan kesehatan
Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik perawatan luka di rumah. ( Smeltzer. 2001: 2350 )
e. Prinsip Perawatan Traksi
1. Berikan tindakan kenyamanan ( contoh: sering ubah posisi, pijatan punggung ) dan aktivitas terapeutik.
2. Berikan obat sesuai indikasi contoh analgesik relaksan otot.
3. Berikan pemanasan lokal sesuai indikasi.
4. Beri penguatan pada balutan awal/ pengganti sesuai dengan indikasi, gunakan teknik aseptic dengan tepat.
5. Pertahankan linen klien tetap kering, bebas keriput.
6. Anjurkan klien menggunakan pakaian katun longgar.
7. Dorong klien untuk menggunakan manajemen stress, contoh: bimbingan imajinasi, nafas dalam.
8. Kaji derajat imobilisasi yang dihasilkan
9. Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh: edema, eritema
1.2. Asuhan Keperawatan
1.2.1. Pengkajian
1) Data biografi
Kanker tulang (osteosarkoma) lebih sering menyerang kelompok usia 15 – 25 tahun (pada usia pertumbuhan). (Smeltzer. 2001: 2347). Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki sama dengan anak perempuan.Tetapi pada akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak di temukan pada anak laki-laki. Sampai sekarang penyebab pasti belum diketahui. (Ekayuda, L:1999).
2) Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
a. Nyeri dan atau pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi semakin parah pada malam hari dan meningkat sesuai dengan progresivitas penyakit).
b. Fraktur patologik.
c. Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas. ( Gale. 1999: 245 )
d. Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena.
e. Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan menurun dan malaise. ( Smeltzer. 2001: 2347 )
b. Riwayat kesehatan dahulu
a). Kemungkinan pernah terpapar dengan radiasi sinar radio aktif dosis tinggi.
b). Keturunan
c). Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget (akibat pajanan radiasi ).
d). Virus onkogenik ( Smeltzer. 2001: 2347 )
c. Riwayat kesehatan keluarga
Kemungkinan ada salah seorang keluarga yang pernah menderita kanker.
3) Pemeriksaan fisik
AKTIFITAS / ISTIRAHAT :
Gejala : Kelemahan dan atau keletiha.
Perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada malam hari; adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misalnya, nyeri, ansietas, berkeringat malam.
Keterbatasan partisipasi dalam hobi, latihan.
Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stres tinggi.
SIRKULASI :
Gejala : Palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja.
Kebiasaan : Perubahan pada TD
INTEGRITAS EGO :
Gejala : Faktor stres ( keuangan, pekerjaa, perubahan peran) dan cara mengatasi stres ( mis: Merokok, menunda mencari pengobatan, keyakinan religius).
Masalah tentang perubahan dalam penampila mis: alopesia, pembedahan.
Menyangkal diagnosis, perasan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, kehilangan kontrol, depresi.
Tanda : Menyangkal, menarik diri, marah.
ELIMINASI :
Gejala : Perubahan pada pola devekasi mis: darah pada feses, nyeri pada devekasi.
Tanda : Perubahan pada bising usus, distensi abdomen.
MAKANAN / CAIRAN :
Gejala : Kebiasaan diet buruk ( mis: rendah serat, tinggi lemak adiktif)
Anoreksia, mual/muntah
Perubahan pada berat badan, berkurangnya massa otot
Tanda : perubahan pada turgor kulit/kelembaban; edema.
NEUROSENSORI :
Gejala : pusing; sinkope.
NYERI ATAU KENYAMANAN :
Gejala : Tidak ada nyeri atau derajat bervariasi mis; ketidaknyamanan ringan sampai nyeri berat.
PERNAFASAN :
Gejala : Merokok ( tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok).
Pemajanan abses.
KEAMANAN :
Gejala : Pemajanan pada kimia toksin, karsinogen.
Pemajanan matahari lama/ berlebihan
Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi.
SEKSUALITAS :
Gejala : Masalah seksual misal; dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat kepuasan.
Nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun.
Multigravida, pasangan seks multipel, aktivitas seksual dini.
INTERAKSI SOSIAL :
Gejala : Ketidak adekuatan / kelemahan sistem pendukung.
Riwayat perkawinan ( berkenan dengan kepuasan dirumah, dukungan atau bantuan)
Masalah tentang fungs/ tanggung jawab peran.
PENYULUHAN ATAU PEMBELAJARAN :
Gejala : Riwayat kanker pada keluarga mis; ibu atau bibi dengan kanker.
Sisi primer: Penyakit primer, tangga ditemukan/ didiagnosis.
Riwayat pengobatan : pengobatan sebelumnya untuk tempat kanker dan pengobatan yang diberikan.
4) Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan radiologis menyatakan adanya segitiga codman dan destruksi tulang.
2. CT scan dada untuk melihat adanya penyebaran ke paru-paru.
3. Biopsi terbuka menentukan jenis malignansi tumor tulang, meliputi tindakan insisi, eksisi,biopsi jarum, dan lesi- lesi yang dicurigai.
4. Skening tulang untuk melihat penyebaran tumor.
5. Pemeriksaan darah biasanya menunjukkan adanya peningkatan alkalin fosfatase.
6. MRI digunakan untuk menentukan distribusi tumor pada tulang dan penyebaran pada jaringan lunak sekitarnya.
7. Scintigrafi untuk dapat dilakukan mendeteksi adanya “skip lesion”,
( Rasjad. 2003 )
5) Data Psikososial
Kaji adanya kecemasan, takut ataupun depresi.
1.2.2. Diagnosa Keperawatan
a. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan dengan tumor, konsekuensi kemoterapi.
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuskuler; nyeri / ketidaknyamanan; terapi destriktif (imobilisasi tungkai).
c. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubunga degan proses penyakit (kompresi/ destruksi jaringan saraf, infiltrasi saraf/ suplai vaskulernya, inflamasi).
d. Berduka, antisipasi b/d kehilangan bagian tubuh, perubahan fungsi tubuh.
e. Gangguan citra tubuh b/d kecacatan bedah, efeksamping kemoterapi atau radio terapi.
f. Resiko tinggi terhadap kerusakan kulit/jaringan b/d efek radiasi dan kemoterapi, penurunan imunologis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar