BAB I
TINJAUAN TEORITIS
1.1 Konsep Dasar
1..1. Pengertian
Tumor ovarium merupakan proferasi sel yang abnormal tanpa terkendali dan bisa merupakan yang benigna dan maligna ( Brooken, 2001: 435).
Tumor ovarium disebut juga stroma ovari yaitu bila jaringan tiroid merupakan satu-satunya jaringan ditemukan atau bila elemen teratoma ditemukan sangat sedikit ( Boethin, Geist, 1996 : 1010)
Tumor ovarium sering jinak bersifat kista, ditemukan terpisah dari uterus dan umumnya duagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik (Syamsoehidayat, 2005 : 729)
Tumor jinak ovarium adalah bentuk padat atau kista yang dapat tumbuh secara alami. Tumor ovarium biasanya asimtomatis sampai mereka besar yang dapat menyebabkan tekanan pada pelvic ini merupakan deteksi dini dari keganasan (Jovand : 2009)
1..2. Anatomi dan Fisiologi Ovarium
1.1.2.1. Anatomi
1.1.2.2. Fisiologi
Ovarium merupakan kelenjer yang terbentuk buah kinari terletak dikiri dan kanan uterus dibawah tuba uterine dan terikat disebelah belakang oleh ligamentum latum uterus
Ovarium ini juga disebut dengan indung telur, di dalamnya terdapat jaringan bulbus dan jaringan tubulus yang menghasilkan ovum, bentuknya bulat telur dengan garis tengah + 5 cm, lebarnya + 1,5 cm dan tebal + 0,5 – 1,5 cm serta mempunyai berat + 2,5 gr.
Di dalam ovarium terdapat folikel yang bagian luarnya adalah jaringan ikat fibrous, bagian tengahnya stroma dan baigan dalammya adalah membrangranuls. Di dalam folikel terdapat ovum ( sel telur) pada waktu lahir jumlah dari ovum + 30.000 – 300.000 yang masih tertutup dalam kantong dekat pinggir ovarium, akan tetapi sejumlah kecil yang berkembang menjadi besar dan munucul di pinggir ovarium.
Pada waktu bubertas, ovarium akan membesar dan pembuluh darahnya akan menjadi banyak sehingga ukuran beberapa folikel bertambah sehingga folikel menonjol keluar, jika folikel sudah matang, maka dinding ovarium akan robek dan keluarlah ovum. Peristiwa keluarnya ovum dari folikel yang matang disebut ovulasi, folikel yang tersisa akan berkembang menjadi corpus luteum, ovarium ini akan berfungsi setelah memasuki masa pubertas sampai berumur 40 – 50 tahun. Dalam masa tersebut dikenal dengan usia subur, setelah lewat 50 tahun disebut masa pramenopouse, pada saat ini ovum tidak berfungsi lagi. Ovarium ini berfungsi :
1. Memproduksi ovum
Hormon gonodotrofik dari kelenjar hipofisis, bagian anterior mengendalikan (melalui aliran darah) produksi hormone ovarium. Hormone perangsang folikel Follick Stimulating Hormon (FSH) penting untuk untuk awal pertumbuhan folikel degraaf, hipofisis mengendalikan pertumbuhan ini melalui Lutenizing Hormone (LH) dan sekresi luteotrofin dari korpus luteum.
2. Memproduksi hormone estrogen
Dikeluarkan oleh ovarium dari mulai anak-anak sampai monopouse (hormone folikuler) karena terus dihasilkan oleh sejumlah besar folikel ovarium dan seperti hormone beredar di dalam aliran darah. Estrogen penting untuk pengembangan organ kelamin wanita dan menyebabkan perubahan anak gadis pada masa puberitas dan penting untuk tetap adanya sikap fisik dan mental yang menandakan wanita normal.
3. Memproduksi hormon progesterone
Disekresi oleh korpus luteum dan melanjutkan pekerjaan yang dimulai oleh estrogen terhadap endometrium yaitu menyebabkan endao metrium menjadi tebal, lembut dan siap untuk penerimaan ovum yang telah dibuahi (Evelin , 2001 : 261)
1..3. Etiologi
Tumor ovarium dapat tumbuh karena berbagai sebab antara lain karena pertumbuhan yang abnormal dijaringan yang terdapat di tempat ovarium misalnya pertumbuhan abnormal dari folikel ovarium, korpusluteum, sel telur atau dapat juga karena endometriosis, kista folikel, kista tekalitein, teratomatistik benigna, kista demoid, kista demoid, kista denokarsinoma, kista ovarium dapat juga terjadi karena jaringan disekitar sel oleh sebab tertentu, tumbuh abnormal dan membungkus sel telur tersebut sehingga membentuk kista (Hanifa, 2007 : 350)
1..4. Manifestasi Klinis
a. Nyeri perut
b. Perut buncit
c. Gangguan fungsi saluran cerna
d. Berat badan turun secara nyata
e. Rasa tertekan pada rongga panggul
f. Siklus menstruasi yang memanjang dan memendek
g. Nyeri pinggul pada waktu bersenggama atau pada waktu berjalan atau bergerak
h. Gangguan saluran kencing
i. Nyeri pinggul pada waktu menstruasi
j. Mual, muntah
k. Infertilitas ( tidak subur)
(Faisal Yatim, 2005 : 32)
1..5. Klasifikasi tumor ovarium
Klasifikasi tumor ovarium berdasarkan International Federation of Ginnecology and Obstetrics (FIGO) adalah :
Stadium | Batasan |
I | Pertumbuhan tumor terbatas dalam ovarium |
IA | Tumor terbatas hanya di satu ovarium : a) Kapsul utuh b) Kapsul sudah diinfiltrasi tumor atau kapsul pecah |
IB | Pertumbuhan tumor pada satu ovarium dan tiak ada acites |
IC | Seperti IA atau IB, dengan acites atau pemeriksaan sitologi cairan peritoneum, positif sel kanker |
II | Tumor tumbuh pada satu atau kedua ovarium dengan perluasan ke organ rongga panggul lain |
IIA | Penyebaran tumor ke saluran tuba atau uterus |
IIB | Penyebaran tumor ke organ panggul lain, termasuk ke rongga peritonium |
IIC | Seperti IIA atau IIB, disertai acites dan pemeriksaan cairan peritoneum, positif sel kanker |
III | Tumor terbatas di dalam rongga panggul, dengan penyebaran ke rongga perut di luar panggul, dan/atau kelenjargetah bening di belakang rongga perut positif mengandung sel kanker |
IV | Terjadi penyebaran luas atau ke tempat organ yang jauh dari rongga panggul |
(Faisal Yatim, 2005 : 33)
1..6. Patofisiologi dan WOC
Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormon dan kegagalan pembentukan salah satu hormon tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium dan menyebabkan kemandulan pada wanita (Bidanshop Blogspot : 2010)
WOC
Folikel primer ovarium Korpus luteum Sel telur tumbuh Endometrisis
abnormal
Penurunan hormon perkembangan sel epitel yang Perasaan penuh pada
estrogen tidak tekendali di ovarium abdomen
Aminorhea Infertilitas: tidak subur teraba massa intra
abdomen
Siklus menstruasi memanjang Nyeri abdomen bagian terjadi penekanan pada
bawah jaringan di sekitar abdomen
MK : - Resiko perdarahan
- Kekurangan volume cairan MK: gangguan nyaman: nyeri
dan elektrolit
Nyeri pinggul pada waktu Tumor Mual, muntah seperti
bersenggama, berhalan, beraktivitas orang hamil
MK Gangguan nutrisi
Pembedahan/operasi
Persiapan pre operasi Kistektomi Ovarektomi
Pend.Kes. pasien Persiapan segera Akibat anestersi Akibat anestesi
pre operasi 1. Nutrisi dan cairan 1. Resiko gangguan 1. Resiko gangguan
1. Latihan napas dalam 2. Intertinal sirkulasi sirkulasi
batuk, relaksasi 3. Persiapan kulit 2. Resiko gangguan 2. Resiko gangguan
2. kontrol nyeri pre operasi pernapasan Pernapasan
3. Kontrol Kognitif 3. Gangguan nutrisi 3. Gangguan nutrisi
4. Akibat luka insisi 4. Akibat pengangkatan
a. Nyeri a. Nyeri
b. Gangguan b. Gangguan
aktivitas Aktivitas
c. Cemas c. Cemas
d. Gangguan
konsep diri
e. Gangguan
seksual
(Sarjadi, 1995)
1.1.7. Pemeriksaan Penunjang
.1.7.1. CT Scan
Membantu mengidentifikasi ukuran atau lokasi massa
.1.7.2. Laparoskopy
Untuk mengetahui apakah sebuah Tumor berasal dari uterus, dari ovarium atau tidak dan untuk menentukan sifat-sifat tumor tersebut
1.1.7.3. Hitung darah lengkap
Penurunan Hb dapat menunjukkan anemia kronis jika ditemukan adanya massa , maka kemungkinan adalah keganasan ovarium
1.1.7.4.Ultrasonografi
Untuk menentukan letak tumor dan batasnya, apakah tumor berasal di uterus, ovarium atau dari blader, apakah, tumor kistik atau soli dan dapat dibedakan antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
Untuk menentukan letak tumor dan batasnya, apakah tumor berasal di uterus, ovarium atau dari blader, apakah, tumor kistik atau soli dan dapat dibedakan antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
1.1.7.5. Parasentesis
Untuk menentukan sebab asites
( Hanifa, 2007 : 350)
.1.8. Penatalaksanaan
.1.8.1. Medik: Pembedahan
Peranan bedah pada manajemen tumor ovarium sangat menonjol, karena selain untuk tujuan terapi, juga untuk menentukan stadium tumor, tindakan bedah tergantung pada stadium tumor, tumor stadium I dan II biasanya dilakukan salpingoverektomy, pada golongan rendah 90% tanpa teraphi bedah. Pada wanita usia muda dan varietas rendah tindakan overektromy dapat dilakukan apabila tumor pada stadium I. Tindakan siturekduski biasanya dilakukan pada stadium lanjut, dimana tumor tidak mungkin diangkat seluruhnya. Tujuan situreduksi adalah mensterilisasi tumor sehingga kemoteraphi atau radioteraphi lebih efektif, pada siturenduksi tumor diangkat sebanyak mungkin. Baik tumor primer atau tumor yang tumbuh diabdomen. Untuk mencegah hal-hal yang tidak perlu pengobatan berlebihan yang memberikan efek toksin dari kemoteraphi disarankan untuk dilakukan pembedahan rongga abdomen ( laparotamy)
.1.8.2. Keperawatan
1. Perawatan Pasca Operasi
a. Perawatan setelah pembedahan untuk mengangkat tumor ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen, dengan satu pengecualian penurunan tekanan intra abdomen yang diakibat oleh pengangkatan tumor yang besar biasanya mengarah pada :
1) Distensi abdomen yang berat. Komplikasi ini dapat dicegah sampai 1 tingkat dengan memberikan gurita abdomen yang ketat.
2) Klien dengan memakai tampon / drain monitor perdarahan
3) Beri tahu ahli bedah bila adanya nyeri hebat, mual, dan muntah
4) Penggantian balutan luka dan perawatan luka
5) Hindari pengangkatan benda yang berat
6) Mulai latihan penguatan abdomen yang telah ditentukan
7) Hindari dari pakaian yang ketat
8) Berikan asupan nutrisi yang cukup kalori dan tinggi protein
b. Letakkan pasien dalam posisi yang tepat untuk pemulihan
1) Tidur telentang dengan kepala ekstensi untuk membebaskan jalan nafas
2) Tungkai bawah agak di tekuk
c. Segera setelah selesai pembedahan periksa kondisi pasien
1) Periksa tingkat kesadaran
2) Cek TTV klien setiap 15 menit pertama
d. Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi
e. Tranfusi jika diperlukan
2. Pembalutan dan Perawatan Luka
a. Jika pada pembalut luka terjadi pendarahan / keluar cairan tidak terlalu banyak, jangan menganti balutan perkuat pembalut
b. Jika perdarahan tetap bertambah, maka buka pembalut, inspeksi luka atas penyebabnya dan ganti dengan pembalut lain
c. Jika pembalut agak kendor, kencangkan plasternya
d. Ganti balutan dengan kain yang steril
e. Luka harus dijaga agar tetap kering dan bersih
3. Analgetik
Jika ada tanda infeksi atau pasien demam, berikan antibotik
4. Ambulasi / Mobilisasi
a. Ambulasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat nafas dalam dan menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal
b. Dorong untuk menggerakkan kaki dan tungkai bawah sesegera mungkin, bisa dalam waktu 24 jam
(Brunner & Suddarth, 2000)
.2. Asuhan Keperawatan Teoritis
1.2. Asuhan Keperawatan
1.2.1. Pengkajian
Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan alamat, diagnosa medis serta data penanggung jawab
Alasan masuk rumah sakit
Biasanya klien merasa nyeri pada daerah perut dan terasa ada massa di daerah abdomen, mual, perdarahan.
Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan data yang diperlukan untuk mengetahui kondisi kesehatan klien saat ini. Keluhan yang dirasakan klien post operasi biasanya nyeri sebagai efek dari pembedahan seperti: cemas, gangguan aktifitas, dan gangguan nutrisi
2) Riwayat kesehatan dahulu
Merupakan data yang diperlukan untuk mengetahui kondisi kesehatan klien sebelum menderita penyakit sekarang, seperti pernah mengalami kanker atau tumor pada organ lain.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah keluarga klien ada yang menderita penyakit seperti yang diderita klien, dan untuk menentukan apakah ada penyebab herediter atau tidak.
4) Riwayat perkawinan
Jumlah perkawinan dan lama perkawinan merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya tumor ovarium.
Riwayat kehamilan dan persalinan
Dengan kehamilan dan persalinan/tidak, hal ini tidak mempengaruhi untuk tumbuh/tidaknya suatu tumor ovarium.
Riwayat menstruasi
Klien dengan tumor ovarium kadang-kadang terjadi digumenorhea dan bahkan sampai amenorhea.
Pemeriksaan Fisik
Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah secara sistematis.
Kepala
1) Hygiene rambut
2) Keadaan rambut
1..1.6.2. Mata
1) Sklera : ikterik/tidak
2) Konjungtiva : anemis/tidak
3) Mata : simetris/tidak
1..1.6.3. Leher
1) Ada/tidak adanya pembengkakan kelenjer tyroid
2) Ada/tidak adanya Tekanan vena jugolaris.
1..1.6.4. Dada
Pernapasan
1) Jenis pernapasan
2) Bunyi napas
3) Penarikan sela iga
1..1.6.5. Abdomen
1) Nyeri tekan pada abdomen.
2) Teraba massa pada abdomen.
1..1.6.6. Ekstremitas
1) Nyeri panggul saat beraktivitas.
2) Tidak ada kelemahan.
1..1.6.7. Eliminasi, urinasi
1) Adanya konstipasi
2) Susah BAK
1..1.7. Data Sosial Ekonomi
Tumor ovarium dapat terjadi pada semua golongan masyarakat dan berbagai tingkat umur, baik sebelum masa pubertas maupun sebelum menopause.
1..1.8. Data Spritual
Klien menjalankan kegiatan keagamaannya sesuai dengan kepercayaannya.
1..1.9. Data Psikologis
Klien dengan post operasi tumor ovarium mengalami cemas terhadap segala hal yang terjadi mengenai penyakitnya misalnya cemas akan perawatan luka bekas operasi karena kurang pengetahuan klien
1..1.10. Pola kebiasaan Sehari-hari
Biasanya klien dengan tumor ovarium mengalami gangguan dalam aktivitas, dan tidur karena merasa nyeri
1..1.11. Rencana Pulang
Hal ini perlu dikaji untuk mengidentifikasi bantuan yang dibutuhkan klien untuk perawatan di rumah
1..2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkun muncul :
1.2.2.1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan luka bekas operasi ( Marilyn, 2000: 915)
1.2.2.2. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah akibat efek anastesi ( Marilyn, 2000 : 537)
1.2.2.3. Gangguan pemenuhan aktivitas berhubungan dengan nyeri luka operasi ( Linda Juall, 2000 : 116)
1.2.2.4. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan luka bekas operasi ( Marilynn, 2000 : 908)
1.2.2.5. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang proses perawatan dan akibat lanjut dari tindakan operasi ( Marilynn, 2000 : 904)
1.2.3. Intervensi
No.Dx | Tujuan dan KH | Inervensi | Rasional |
1 | Gangguan rasa nyaman: nyeri b/d. luka bekas operasi. Tujuan : Nyeri hilang/ terkontrol KH : - Klien tampak rileks - Klien mampu tidur/ istirahat dengan tepat | 1. Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik dan skala nyeri. Selidiki dan laporkan perubahan nyeri dengan tepat. 2. Pertahankan istirahat dengan posisi semi fowler. 3. Dorong ambulasi dini 4. Berikan aktivitas hiburan 5. Berikan analgesik sesuai indikasi | 1. Berguna dalam penga wasan keefektifan obat, penyembuhan. Perubahan pada karakteristik nyeri menunjukkan terjadinya abses, memerlukan upaya evaluasi medik dan intervensi. 2. Gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi dalam adomen bawah atau pelvis, menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi telentang. 3. Meningkatkan normalisasi fungsi organ, contoh merangsang peristaltik, dan kelancaran flatus, menurunkan ketidak nyamanan abdomen 4. Fokus perhatian kembali, meningkatkan relaksasi dan dapat meningkatkan kemampuan koping 5. Menghilangkan nyeri, memper mudah kerjasama dengan intervensi terapi lain. contoh ambulasi, batuk |
2 | Resiko terjadinya infeksi b/d. luka bekas operasi Tujuan Meningkatkan penyembuhan luka dengan benar. KH ; Tidak terdapat tanda-tanda infeksi atau inflamasi drainase prulen, eritema dan demam. | 1. Awasi tanda vital, perhatikan demam, menggigil, berkeringat, perubahan mental dan meningkatnya nyeri abdomen 2. Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka aseptik. 3. Lihat insisi dan balutan, catat karakteristik drainase luka/drain, adanya eritema 4. Berikan antibiotic sesuai indikasi | 1. Dugaan adanya infeksi, abses, dan peritonitis. 2. Menurunkan resiko penyebaran bakteri. 3. Memberikan deteksi dini terjadinya proses infeksi. 4. Mungkin diberikan secara profilaktif atau menurunkan jumlah organisme (pada infeksi yang telah ada sebelumnya untuk menurunkan penyebaran dan pertumbuhannya pada rongga abdomen) |
3 | Cemas b/d. kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan. Tujuan : Menyatakan pemahaman prose penyakit, pengobatan dan potensial komplikasi Kriteria Hasil: Pasien berpartisipasi dalam program pengobatan | 1. Nilai tingkat cemas pasien terhadap pembedahan 2. Beri tahu pasien dan orang terdekat jadwal yang meliputi tanggal, waktu dan tempat dilakukan pembedahan 3. Beri tahu pasien dan orang terdekat mengenai seberapa lama pembedahan tersebut diharapkan selesai 4. Jelaskan persiapan rutin pra operatif yang meliputi anastesi, diet, persiapan tes labor, berkemih, persiapan kulit, terapi IV, pakaian, pemindahan ke ruang operasi dengan tepat 5. Berikan waktu bagi pasien untuk mengajukan pertanyaan dan mendiskusikan kekhawatirannya | 1 Memberikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan dan memperoleh informasi untuk membantu menurunkan ansietas 2.Memberikan informasi pada pasien dan keluarga 3.Informasi mungkin dapat menurunkan/meredakan ansietas pasien 4.Membantu pasien dalam memahami kebutuhan terhadap prosedur ini 5. Memungkinkan klarifikasi informasi |
1.2.4. Implementasi
Setelah rencana keperawatan ditetapkan maka langkah selanjutnya diterap kan dalam bentuk tindakan nyata. Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat dan klien. hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah intervensi yang dilakukan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi., penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan teknikal. Intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada waktu dan situasi yang tepat. Keamanan fisik dan psikologis harus dilindungi dan didokumentasikan dalam dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan. (La Ode Jumadi Gaffar, 1995: 64)
a. Fase persiapan
Meliputi pengetahuan tentang rencana, validasi, rencana, pengetahuan dan keterampilan. Mengimplementasikan rencana, persiapan dan lingkungan.
b. Fase operasional
Merupakan puncak implementasi dengan berorientasi pada tujuan. pada fase ini, implementasi dapat dilakukan secara independen, dependent dan interdependent. Selanjutnya perawat akan melakukan pengumpulan data yang berhubungan dengan reaksi klien terhadap fisik, psikologis, sosial dan spritual.
c. Fase Terminasi
Merupakan terminasi perawat dengan klien setelah implementasi dilakukan
1.2.5. Evaluasi
Merupakan fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. hal-hal yang dievaluasi adalah kekuatan, kelengkapan dan kwalitas data, teratasi atau tidaknya masalah klien dan pencapaian tujuan serta ketepatan intervensi keperawatan. (Al Ode Jumaidi Gaffar, 1995: 67)
Evaluasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP
S = merupakan respon seubjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
O = Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
A = Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan masalah baru atau data yang kontradiktif dengan masalah yang ada.
P = Perencanaan atau tindakan lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien.
Klien dan keluarga perlu dilibatkan dalam evaluasi agar dapat melihat perubahan yang terjadi serta dapat mempertahankan serta memelihara kondisi kesehatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar