Mengenai Saya

Foto saya
sumaterabarat, Indonesia
Perawat diruangan Neurologi rumah sakit stroke nasional bukittinggi dan sebagai dosen tetap di salah satu Prodi Keperawatan di salah satu Stikes di bukittinggi

Rabu, 26 Januari 2011

Asuhan keperawatan klien dengan meningitis

 
BAB I
TINJAUAN TEORITIS

1.1. Konsep Dasar
1.1.1.Pengertian
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medulla spinalis) dan di sebabkan oleh virus,bakteri,atau organ-organ jamur.(Brunner dan Suddarth, 2001)
Meningitis adalah suatu reaksi  peradangan yang mengenai sebagian atau seluruh selaput otak (meningen) yang melapisi otak dan medulla spinalis yang di tandai dengan adanya sel darah putih di dalam serebro spinal.(Soegianto,Soegeng.2002)
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen,cairan serebro spinal dan spinal colom yang menyebabbkan infeksi pada system saraf pusat. (Suriati dan Rita.2001)
Meningitis adalah inflamasi meningen akibat infeksi oleh mikroorganisme penyebab virus seperti: Coxsackie virus,bakteri misalnya: haemopilus influenza, streptococcus pneumonia dan lain lain.Infeksi akut ditandai dengan nyeri kepala, febris, kaku leher, perubahan kesadaran, perubahan cairan serebro spinal, pada fungsi lumbal. (Brooker,Chritine.2005)
Meningitis adalah radang pada meningen/membran (selaput) yang mengelilingi otak dan medulla spinalis,penyebabnya yaitu:
1.       Bakteri piogenik yang di sebabkan oleh bakteri pembentuk  pus, terutama meningokokus, pneumokokus, dan basil influenza.
2.       Virus yang di sebabkan oleh agen agen virus yang sangat bervariasi
3.       Organisme jamur.
(Arif Muttaqin.2008)
1.1.2. Anatomi Fisiologi
Secara anatomi meningen menyelimuti otak dan medulla spinalis.Selaput otak terdiri atas tiga lapisan dari luar ke dalam yaitu durra mater,arakhnoid,dan pia mater.durra mater terdiri atas lapisan yang berfungsi kecuali di dalam tulang tengkorak, dimana lapisan terluanya melekat pada tulang dan terdapat sinus venosus. (Arif Muttaqin.2008)
Otak dan sum-sum tulang belakang yang di selimuti meningen yang melindungi struktur saraf. Bagian saraf otak dan dan sum-sum tulang belakang yang sangat halus dan terletak di antara dua lapisan cairan yaitu lapisan cairan sebelah dalam yang merupakan isi dari ventrikel-ventrikel otak dan seluruh pusat sum-sum tulang belakang, dan lapisan sebelah luar yang berada dalam ruang subaraknoid,dengan adanya dua bantalan air ini maka system persyarafan terlindung baik. (Pearce,Evelyn C.1999)
Rute infeksi yang sering adalah penyebaran vaskuler dari focus-focus infeksi ketempat lain contohnya organisme naso faring menyerang aliran darah serebral.Proses infeksi terlihat adanya inflamasi eksudat dan tingkat kerusakan jaringan bervariasi. (Suriati & Rita.2001)
          







1.1.3.        Etiologi
a.       Virus
Seperti Coxsackie virus
b.       Bakteri
Seperti haemophilus infuenza. Pneumococcus, streptococcus, meningo, coccus dan lain-lain
c.       Infeksi post operasi
Trauma kepala
d.       Kelainan System saraf pusat
Cara Masuk Kuman
-          Pembuluh Darah
-          Secara langsung ( Fraktur Frontal)
-          Melalui Plasenta
(Arif Muttaqin,2008)

1.1.4.        Patofisiologi
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti dengan septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas. Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding membran ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier oak), edema serebral dan peningkatan TIK.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada sindromWaterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus.
Meningitis adalah suatu  penyakit infeksi akut dari selaput meningen otak. Organisme  penyebab meningitis bakteri ( pneumococcus, meningooccus, steapilo coccus dan lain-lain ) Masuk ke meningen secara langsung akibat cidera traumatik atau secara tidak langsung dipindahkan dari tempat lain di dalam tubuh kedalam cairan serebro spinal. Kuman yang masuk menyebabkan penyakit seperti  otitis media, mastoiditis, abses otak yang menyebabkan  penyempitan pembuluh darah dan mengakibatkan  kurangnya aliran darah serta O2 ke otak sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah yang mengakibatkan produksi asam laktat meningkat, aktivitas Na dan K terganggu dan terjadi edema dan akhirnya tekanan intracranial  meningkat, pada sel otak menimbulkan deficit  neurologis, perubahan perilaku  pada  sejumlah  pasien, disfungsi motoris dan perubahan kognitif ( Cecily L, Bets, 2002)




Virus, bakteri, infeksi post operasi, kelainan sistim syaraf pusat
 
Web Of Caution (WOC)
 



































Text Box: MK:
10. Gangguan ADL



Text Box: MK:
9. Resiko berlebihannya Volume cairan

 






















( Sumber : Arif Muttaqin, 2005 )


1.1.5.        Tanda dan Gejala
a. Demam
b. Anorexia
c. Vomiting
d. Kejang
e. Lateragi
f. Kaku Kuduk
1.1.6.        Komplikasi
a. Tuli pada telinga
b. Buta
c. Efusi subdurat
d. Hidrocefalus
e. Edema serebri
f. Gangguan kejang kronik
1.1.7.        Pemeriksaan Penunjang
a.Fungsi lumbal kultur
b. Jumlah leukosit meningkat
c. Asam laktat meningkat
d. Glukosa meningkat
e. Kultur darah
f. Kultur urine
g. Elektrolit serum
h. Osmo lariats urine

1.1.8.        Penatalaksanaan
a.                   Medis
a.       Antibiotik
Obat anti infeksi ( meningitis (tuberkulosa)
1)       Isoniazid 10-20 mg/kg BB/24 jam, oral, 2x sehari maksimal 500 mg selama 1 ½ tahun
2)       Rifampisin 10 -15 mg/kg BB 24 jam, oral, ix sehari selama 1 tahun
3)       Streptomisin sulfat 20 – 40 mg/kg BB / 24 jam, IM, 1-2x sehari selama 3 bulan
Obat anti infeksi (meningitis bacterial
1)       Safalosporin generasi ketiga
2)       Amfisilin 150 – 200 mg ( 400 mg)/ kg BB / 24 jam, IV, 4-6x sehari
3)       Kloramfenikol 50 mg/kg BB/24 jam IV  4x sehari
b.       Pengobatan simtomasis
1)       Antikonfulsi, diazepam     IV,0,2-0,5 mg/kg BB / dosis , atau rectal : 0,4-0,6 mg/kg BB, atau Fenitoin 5 mg/kg BB/24 jam, 3 x sehari atau fenobarbital 5-7 mg/kg BB/24 jam, 3x sehari
2)       Antiperetik : Paracetamol / asam salisilat 10 mg/kg BB/ dosis
3)       Anti edema : Duretikosmotik ( seperti manitol) dapat digunakan untuk mengobati edema serebri
4)       Pemenuhan oksigen dengan O2
5)       Pemenuhan  hidrasi atau pencegahan syok hipovolemik : pemberian tambahan volume cairan intra vena
(Arif Muttaqin, 2008)
b.                   Keperawatan
-          Bedrest total
-          Lakukan miring kiri atau miring kanan setiap 2 jam pada pasien koma
-          Bebaskan jalan nafas beri O2 tambahan bila diperlukan
-          Pantau keseimbangan cairan dan elektrolit
-          Pertahankan suhu tubuh  normal
-          Berikan nutrisi adekuat
(Doengoes, Marilyn, E. 2000)

1.2.          Asuhan Keperawatan
1.2.1.        Pengkajian
1.2.1.1.  Identitas Pasien
Meliputi : Nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agama, status perkawinan  alamat, No.MR, ruang rawat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, alasan masuk, penanggung jawab
1.2.1.2.  Riwayat Kesehatan
-          Riwayat kesehatan sekarang
Demam tinggi, anorexia, mual dan muntah, gangguan pendengaran,kejang perubahan  polan nafas
-          Riwayat Kesehatan Dahulu
ISPA, Truma kepala, Kelainan bawaan, otitis media, hipertensi, Epilepsy, TBC
-          Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga menderita penyakit menular seperti TBC, keluarga menderita penyakit turunan seperti DM dan hipertensi
1.2.1.3.  Pemeriksaan Fisik
-          Tanda-tanda vital
Biasanya pada pasien meningitis ditemukan peningkatan suhu tubuh, nadi tidak teratur, tekanan darah tidak teratur, frekuensi pernafasan meningkat
-          Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran pada pasien meningitis biasanya ditemukan penurunan tingkat kesadaran
a.       Respon membuka mata
Spotan                             :  4
Terhadap suara                 :  3
Terhadap nyeri                  :  2
Tidak ada respon              :  1
b.       Respon verbal
Orientasi                          :  5
Bingung                           :  4
Kata tidak tepat                :  3
Hindari nyeri                     :  2
Tidak ada respon              :  1
c.       Respon motorik
Menurut perintah               :  5
Menunjukkan nyeri            :  4
Hindari nyeri                     :  3
Fleksi                              :  2
Tidak ada respon              :  1
-          Keadaan Umum
Biasanya  pasien dengan meningitis mengalami penurunan kesadaran  aktivitas / istirahat
Gejalan          :     Perasaan tidak enak ( malaise)
                           Kerterbasan karena kondisinya
Tanda            :     Ataksia ( kehilangan kendali yang mengakibatkan  gerakan tidak  teratur), masalah berjalan, kelumpuhan, keterbatasan dalam rentang gerak
Sirkulasi
Gejalan          :     Adanya kardiopatologi, seperti endokarditas
Tanda            :     tekanan darah meningkat, nadi menurun, taki kardi, disritmia
Eliminasi
Tanda            :     Adanya inkontonensia atau retensi
Makanan atau cairan
Gejala            :     Kehilangan nafsu makan dan kesulitan menelan ( pada fase akut)
Tanda            :     Anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membrane mukosa kering
Hygiene
Gejala            :     Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri
Neurosensori
Gejala            :     Sakit kepala (mungkin merupakan gejala pertama dan biasanya berat), terasa kaku pada  saraf yang terkena, meningkatnya sesifitas pada nyeri, timbul kejang
                           Gangguan penglihatan
                           Ketulian
                           Adanya halusinasi pendengaran / sentuhan
Tanda            :     Penurunan tingkat kesadaran
                           Kehilangan memori, sulit dalam mengambil keputusan
                           Afisia/ kesulitan dalam berkomunikasi
                           Peningkatan TIK, nisragmus ( bola mata bergerak-gerak), Ptosis ( kelopak mata atas jatuh
                           Wajah : perubahan pada fungsi motorik dan sensorik yaitu saraf trigeminus (V) dan saraf fasialis (VII). Tanda Brudziski positif atau keming positif
Nyeri atau kenyamanan
Gejala            :     Sakit kepala ( berdenyut dengan hebat), kaku kuduk dan pinggang
Tanda            :     Prilaku distraksi/gelisah, menangis/ mengaduh/ mengeluh
-          Ekstremitas
Perhatikan sirkulasi
Nilai kekuatan otot : biasanya melemah
-          Pemeriksaan reflex
Pemeriksaan reflek dalam pengetukan pada tendon, ligamentum atau periosterum derjad refleks pada respon normal, refleks patologis akan didapatkan  pada  klien meningitis tingkat kesadaran koma. Adanya reflek  babinski (+)


-          Gerakan involuntar
Tidak ditemukan adanya tremor, kebutaan saraf dan distonia, pada kebiasaan tertentu biasanya klien mengalami kejang umum, terutama pada anak dengan meningitis yang disertai dengan peningkatan suhu tubuh
-          Pernafasan
Inspeksi            :  Apakah klien batuk, produksi sputum, sesak nafas, penggunaan obat bantu pernafasan, peningkatan frekuensi pernafasan yang sering di dapat pada pasien meningitis yang disertai adanya gangguan pada sistem pernafasan
Palpasi             :  Palpasi thorak hanya dilakukan  apabila terdapat deformitas pada tulang dada pada klien dengan efusi pleura massif ( jarang terjadi dengan klien meningitis)
Auskultasi         :  Bunyi nafas tambahan seperti ronkhi, pada klien dengan meningitis  tuberkulosa dengan penyebaran primer dari paru
Keamanan
Gejala               :  Adanya riwayat infeksi saluran pernafasan atas atau infeksi lain seperti mastoiditas telinga tengah, sinus, pembedahan fraktur pada tengkorak / cidera kepala
Tanda               :  Suhu meningkat, meninggil
-          Data Psikologis
Meliputi beberapa dimensi yang  memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif dan perilaku  klien
a.       Pada klien sadar  kaji ego klien, biasanya klien cemas
b.       Pada klien tidak sadar kaji kecemasan keluarga

-          Data penunjang
a.       Jumlah leukosit meningkat
b.       Protein tinggi
c.       Asam laktat meningkat
d.       Glukosa meningkat
e.       Pemeriksaan Hb, LED, Trombosit
Therapy
Antibiotik
Obat anti infeksi ( meningitis tuberkulosa) :
-          Isoniazid 10-20 mg/kg BB/24 jam, oral, 2x sehari maksimal 500 mg selama 1 ½ tahun
-          Rifampisin 10 -15 mg/kg BB 24 jam, oral, ix sehari selama 1 tahun
-          Streptomisin sulfat 20 – 40 mg/kg BB / 24 jam, IM, 1-2x sehari selama 3 bulan
Obat anti infeksi (meningitis bacterial
-          Safalosporin generasi ketiga
-          Amfisilin 150 – 200 mg ( 400 mg)/ kg BB / 24 jam, IV, 4-6x sehari
-          Kloramfenikol 50 mg/kg BB/24 jam IV  4x sehari
Pengobatan simtomasis
-          Antikonfulsi, diazepam     IV,0,2-0,5 mg/kg BB / dosis , atau rectal : 0,4-0,6 mg/kg BB, atau Fenitoin 5 mg/kg BB/24 jam, 3 x sehari atau fenobarbital 5-7 mg/kg BB/24 jam, 3x sehari
-          Antiperetik : Paracetamol / asam salisilat 10 mg/kg BB/ dosis
-          Anti edema : Duretikosmotik ( seperti manitol) dapat digunakan untuk mengobati edema serebri
-          Pemenuhan oksigen dengan O2
-          Pemenuhan  hidrasi atau pencegahan syok hipovolemik : pemberian tambahan volume cairan intra vena
Data focus
Terdiri dari data subjektif dan objektif yang  berasal dari pengkajian awal.

1.2.2.        Kemungkinan Diagnosa Keperawatan
a.       Perubahan perfusi jaringan otak berhubungan dengan peradangan dan edema pada otak dan selaput otak
b.       Resiko peningkatan TIK yang berhubungan dengan  peningkatan  volume intrakamial, penekanan jaringan otak dan edema serebri
c.       Ketidak efektifan  kebersihan  jalan nafas yang berhubungan dengan akumulasi secret, penurunan kemampuan batuk, dan perubahan tingkat kesadaran
d.       Ketidak efektifan pada pernafasan yang berhubungan dengan perubahan tingkat kesadaran, depresi pusat pernafasan di otak
e.       Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan infeksi meningokokus
f.        Nyeri kepala yang berhubungan dengan iritasi selaput dan jaringan di otak
g.       Resiko perubahan  nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan  ketidak mampuan menelan, keadaan hipermetabolik
h.       Resiko tinggi cedera berhubungan dengan  adanya kejang berulang
i.         Gangguan aktifitas sehari hari berhubungan dengan  kelemahan fisik umum
j.         Resiko tinggi koping individu dan keluarga tidak efektif berhubungan dengan  prognosis penyakit, perubahan psikososial, perubahan persepsi kognitif, perubahan  actual dalam struktur dan fungsi, ketidak berdayaan, dan merasa tidak ada harapan
k.       Cemas berhubungan dengan  ancaman, kondisi sakit dan perubahan  kesehatan.
(Arif Muttaqin,2008)

1.2.4.        Intervensi Keperawatan
No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan KH
Intervensi
Rasional
1
Perubahan perfusi jaringan otak berhubungan dengan  peradangan dan edema pada otak dan selaput otak
Tujuan : setelah dilakukan  intervensi perfusi jaringan otak meningkat


KH
Tingkat kesadaran meningkat menjadi sadar, ttv normal, syok dapat dihindari  
-    Monitor klien dengan ketat terutama setelah  lumbal pungsi anjurkan klien  berbaring minimal 4-6 jam setelah  lumbal pungsi
-    Monitor tanda-tanda peningkatan tekanan intrakarnial selama perjalanan  penyakit (nadi lambat, tekanan darah meningkat, kesadaran menurun, reflek pupil menurun, kelemahan )
-    Monitor TTV tiap 5-30 menit




-    Hindari posisi  tungkai di tekuk atau gerakan-gerakan  klien, anjurkan untuk tirah baring
-    Tinggikan sedikit kepala klien dengan hati-hati cegah gerakan yang tiba-tiba dan tidak  perlu dari kepala  dan leher,hindari fleksi leher
-   Untuk mencegah nyeri kepala ya-ng menyertai pe-rubahan  tekanan intrakarnial
-   untuk mende-teksi adanya tanda-tada syok yang harus  dilaporkan  ke dokter untuk intervensi awal

-   Perubahan  ini menandakan adanya perubahan tekanan intraknial
-   untuk mencegah  peningkatan  tekanan intrakkarnial
-   untuk mengurangi tekanan intrakkarnial





-    Bantu saluran aktivitas dan gerakan –gerakan  klien dan anjurkan untuk nafas dalam



-    Waktu prosedur perawatan disesuaikan dan di atur tepat waktu dengan periode relaksasi, hindari rangsangan lingkungan yang tidak perlu

-    Evaluasi selama penyembuhan  terhadap gangguan motorik, sensorik dan intelektual
-    Kolaborasi pemberian steroid osmotik


-  Untuk mencegah keregangan otot yang dapat menimbulkan peningkatan tekanan intrakarnial
-  Untuk mencegah eksitasi yang merangsang otok yang sudah iritasi dan dapat menimbulkan kejang
-  Untuk merunjuk ke rehabilitasi


-  Untuk menurun-kan tekanan intrakarnial

2
Ketidak efektifan jalan nafas b/d akumulasi secret, penurunan kemampuan perubahan tingkat kesadaran
Tujuan : setelah diberikan tindakan jalan nafas kembali efektif

KH :
 Sesak nafas (-) tidak menggunakan otot bantu pernafasan, ronkhi(-) dapat mendemonstrasikan batuk efektif
-   Kaji fungsi paru, adanya  bunyi nafas tambahan, perubahan irama dan kedalaman, penggunaan otot-otot aksesoris, warna dan kekentalan sputum
-   Atur posisi fowler dan semi fowler





-   Memantu fisio terapi  dada dan vibrasi dada


-   Penuhi hidrasi cairan val oral seperti minum air putih dan pertahankan asupan cairan 2500 ml/hari


-   Lakukan pengisapan lendir di jalan nafas



-   ukur tanda-tanda vital
-   Memantau dan mengatasi  komplikasi potensial


-   Memudahkan pernafasan , meningkatkan ekspansi dada, dan mengingkatkan  batuk efektif
-   Membantu meningkatkan batuk lebih efektif
-   Dapat mengencerkan mucus yang kental, dan memenuhi cairan tubuh
-   Memper-tahankan kepatenan jalan nafas menjadi bersih
-   Mengetahui apakah tanda-tanda vital berada dalam batas normal
3
Resiko tinggi cedera b/d adanya kejang berulang
Tujuan :
Klien bebas dari cedera yang disebab-kan oleh kejang dan penurunan kesadaran
KH :
Klien tidak mengalami  cedera apabila ada kejang berulang
-   Monitor kejang pada tangan dan kaki, mulut, otot-otot muka lainnya       







-   Persiapan lingkungan  yang aman  seperti batasan ranjang, papan pengamanan, alat suction selalu berada dekat klien
-   Atur posisi klien

-   Pertahankan bedrest total selama akut



-   Ciptakan lingkungan yang nayaman

-   Kolaborasi pemberian terapi diazepam

-   Enobarbital
-   Gambaran iritabilitas sistem saraf pusat memerlukan efaluasi yang sesuai dengan intervensi yang tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi
-   Melindungi klien bila kejang terjadi


-   agar klien dapat nyaman
-   Mengurangi resiko jatuh/ cedera jika  terjadi vertigo dan ataksia
-   Agar klien dapat beristirahat dengan tenang
-   Untuk mencegah dan mengurangi kejang
Catatan : enobarbital dapat menyebabkan  depresi pernafasan dan sedasi
4
Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan  b/d ketidak mampuan menelan
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
KH : turgor baik asupan dapat masuk  sesuai kebutuhan, dapat  kemampuan menelan, sonde dilepas
-   Observasi tekstur dan turgor kulit

-   Lakukan oral higiene 



-   Observasi asupan dari keluarga

-   Observasi posisi dan kebersihan sonde

-   Tentukan kemampuan klien dalam mengunyah, menelan dan refleks batuk


-   Auskultasi bising usus











-   Berikan makanan dengan cara meninggikan kepala

-   Letakan posisi kepala  lebih tinggi pada waktu, selama dan sesudah makan

-   Stimulasi bibir untuk menelan dan membuka mulut secara manual  dengan menekan  ringan di atas bibir / dibawah dagu jika dibutuhkan

-   Mengetahui status  nutrusi klien            
-   Kebersihan mulut dapat merangsang nafsu makan
-   Mengetahui keseimbangan nutrusi klien
-   Menghindari resiko infeksi dan iritasi
-   Untuk menetapkan jenis makanan yang diberikan pada klien
-   Fungsi istirahat tergantung pada kerusakan otot, bising usus, menentukan respon pemberian makan / terjadinya komputasi misalnya pada usus
-   Menurunkan resiko regurgitasi / aspirasi
-   Untuk klien lebih mudah menelan karena gaya grafitasi

-   Membantu dalam melatih kembali  sensori dan meningkatkan kontrol muskuler

1.2.5.        Implementasi
Setelah rencana keperawatan dibuat selanjutnya adalah pewujudan dari rencana keperawatan

1.2.6.        Evaluasi
Evaluasi merupakan hasil akhir dari proses keperawatan dimana perawat melihat keberhasilan dari pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan
(Doengoes, Marilyn E, 2000)

1 komentar:

  1. Blog ini bermanfaat banget buat aq
    trimakasih
    akhirnx tugas qu selesai

    Tuhan Yesus Memberkati

    BalasHapus